Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

Keadilan Sosial untuk Membangun Ketangguhan Petani

31 Mei 2020   18:40 Diperbarui: 17 Juli 2022   05:01 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi petani di Indonesia. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Persepsi publik selama ini bahwa petani itu identik dengan kemiskinan, seolah-olah petani itu wajar miskin. Dan, memang petani itu umumnya miskin. Pengalaman saya sebagai anak petani tidak demikian. Saya anak ke-12 dari 12 bersaudara. 

Saya kuliah hingga pascasarjana dibiayai dari hasil pertanian tanpa mengharapkan bantuan siapapun. Saya tidak pernah mencari beasiswa untuk kebutuhan kuliah. 

Ayah dan ibuku buta huruf dan mereka menjaga nilai nilai budaya dan sangat bangga membayar pajak kepada negara. Bagi saya, petani itu kaya raya akan nilai gotong royong dan persaudaraan saling membantu dalam berbagai persoalan.

Sebagai anak petani, sangat prihatin jika petani diberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan diberikan sembako. Apakah BLT senilai Rp 600.000/bulan merupakan kebutuhan mendesak petani? Apakah pemberian BLT itu berdampak ke petani? Bagaimana petani menggunakan BLT sebesar Rp 600.000/bulan? Apakah dana BLT itu menjawab kebutuhan mendesak petani?.

Ketika saya SD sampai SMA tiap pagi sebelum sekolah, saya harus mengumpulkan telur bebek dari kandang. Bebek bertelur setiap hari dan jarang jeda. Bebek bergantian bertelur, yang terpenting adalah makanannya tersedia setiap hari.

Selain bebek, ada ayam kampung dipelihara yang siap dikonsumsi atau dijual setiap saat. Ayam-ayam kampong itu bertelur secara bergantian. Telurnya ada yang diperam menjadi anak yang nantinya menjadi induk ayam dan ayam jantan.

Ada lagi ternak entok yang sangat mudah dipelihara. Entok itu bertumbuh dan berkembang walaupun tanpa pemeliharaan. Entok itu mampu mencari makanan sendiri.

Kandang bebek, ayam, entok dan ternak lain kandangnya jauh dari rumah. Ayahku membuat kandangnya di lereng gunung dan sekitarnya ada sawah dan kolam-kolam ikan. Ternak kami itu sering bermain di kolam-kolam ikan. Ikan-ikan kami disawah lebih dari cukup untuk dikonsumsi. 

Selebihnya diberikan ke orang lain dan dijual. Ikannya banyak, tapi harganya sangat murah. Jika ikan dijual, biaya panen tidak cukup membayarnya. Karena harga ikan sangat murah, maka ikan itu dibagibagi tetangga atau keluarga.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Saya masih ingat ketika SMP dan SMA mengirim wesel ke abangku yang kuliah di Bandung dan di Medan. Uang yang akan saya kirim lewat wesel sumbernya dari jual ternak babi, kerbau atau sapi. Ayah saya sangat mudah membayar uang kuliah. 

Perhitungannya mudah sekali. Kerbau atau sapi dijual untuk membayar uang kuliah/semester, bayar kontrakan/tahun, membeli buku, baju dan kebutuhan lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun