Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejak Pra Sejarah Pithecantropus Erektus Kita Bangsa yang Kuat

23 Mei 2020   17:23 Diperbarui: 23 Mei 2020   22:08 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

              Sejarawan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga  Dr. Tri Widiarto Soemarjan, M.A  mengatakan, “bahwa nenek moyang kita sejak pra sejarah Pithec  Anthropus Erektus  membuktikan bahwa kita adalah bangsa petarung, kita adalah bangsa yang kuat dan selalu menang dalam pertarungan hidup”.

Pitechantropus Erektus adalah manusia purba di Pulau Jawa. Mereka bisa bertahan bertahun-tahun  dengan tantangan alam yang sangat keras,  harimau, singa dan hewan lain yang mengancam kehidupan mereka.  Perubahan iklim mereka harus hadapi dengan menciptakan budaya Andong, budaya Pacitan. Pithechanthropus  musnah  bukan karena meyerah tetapi karena  proses evolusi menjadi homo sapiens yaitu manusia yang cerdas seperti kita, sambung sejarah yang juga mengajar teologia itu.

              Hal itu disampaikan pak Tri demikian beliau kami panggil mengomentari video  di medsos facebook  saya tentang video seorang dokter yang menunjukkan, “Indonesia tidak kalah, tenaga medis  tidak meyerah, kami rindu keluarga kami, 2 bulan tinggalkan rumah untuk kalian, Indonesia tetap kuat, Indonesia tidak kalah, putar balik jangan mudik, yuk berjuang bersamaku, kita bisa kok”.  Video itu merupakan reaksi dari  #Indonesiaterserah.

              Tagar Indonesia terserah tidak ada dalam sejarah bangsa kita. Dimulai dari sejarah melawan penjajah dengan bambu  runcing  dan nenek moyang kita bertahan hidup di nusantara.  Ketika saya ke pulau Tello di  Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara saya terkaget-kaget dan bertanya-tanya dalam hati bagaimana nenek moyang kita hidup di pulau pulau kecil  ratusan tahun atau ribuan tahun lalu?.  Naik kapal yang sudah canggih saja berjamjam sampai, bagimana dengan dulu?. Ombaknya luar biasa, apalagi ketika badai.

Bagaimana mereka bertahan hidup menuju pulau?.  Dalam pikiran saya, bahwa nenek moyang kita memiliki daya tahan yang luar biasa. Bagaimana pula dengan pulau-pulau seperti Mentawai, pulau  We di Aceh, Sibeirut dan pulau-pulau di Indonesia Timur?.  Mereka bertahan dan berjuang tanpa obat-obatan. Mereka melawan ombak tanpa makan yang memadai. Mereka bertahan tanpa obat-obatan.

KATA DAN KALIMAT YANG MENGUATKAN/MEMBANGUN

              Dalam kondisi banyak orang yang terpapar Covid 19, para medis yang bergerilya merawat  terpapar  Covid, dan saudara kita yang kesulitan makanan karena dampak Perubahan Sosial  Berskala  Besar (PSBB) sejatinya kita membuat tagar yang menguatkan mereka, tagar yang membangun semangat mereka. Tagar yang menguatkan dan membangun itulah yang mereka butuhkan. Tagar yang membuat mereka mampu bertahan.

              Kritik yang sangat tajam itu sangat baik untuk meminimalisasi kesalahan, tetapi hal yang paling mendesak bagi kita adalah bukan kritik yang melemahkan. Apa yang diharapkan dari tagar Indonesia terserah?.  Betul, bahwa kita kecewa dengan banyaknya saudara kita yang tidak mau mematuhi protocol kesehatan, betul, bahwa pemerintah sering tidak konsisten, tetapi harap maklum, semua dunia dalam kondisi gamang.

Dalam kondisi gamang inilah kita saliang membangunkan dan menguatkan. Kita bangunkan/kuatkan yang terpapar Covid 19, kita semangati para medis yang belum pulang dan dapat kita bayangkan lelahnya mereka pakai Alat Pelindung Diri  (APD) yang mungkin kesulitan ke toilet berjamjam. Kesulitan yang juga mereka berpotensi  terpapar  Covid 19. Para medis itu potensi terpapar Covid 19, tidak jumpa keluarga, tidak lepas dari kehidupan sosial  sudah 2 bulan lebih.

              Dalam kondisi bangsa kita yang seperti ini, hal yang dapat  kita kontribusikan adalah doa dan dukungan. Bahasa yang membangun dan menguatkan.  Menghadapi Covid 19 adalah dibutuhkan kebersamaan, karena itu dibutuhkan kata, kalimat, tulisan yang menguatkan.  Selain itu, kita bangun kesadaran kepada setiap yang kita kenal, maupun ruang public agar kita bersama.   Kita menyadari terlalu banyak kekurangan  pemerintah, masyarakat dan semua elemen, tetapi dalam kondisi sekarang  hal yang mendesak adalah kebersamaan kita.

TELADAN DARI TARUTUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun