Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cemasku Berdebat

1 September 2020   14:30 Diperbarui: 1 September 2020   14:34 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : apurie.blogspot.com

Lalu, seperti apa caraku mencintaimu, saat bentangan benderamu terlihat tertahan disetengah tiangmu. Kemudian, kudengar pekikan merdekamu hanyalah pemicu senyuman para pemburu harta dan tahta. 

Padahal, lihatlah kami di sini, di bawah kibaran merah dan putihmu, kami masih seperti dulu. Masih bergelut dengan pilihan, antara realita dan nurani. Sedangkan waktu terus berjalan, tanpa tahu dan mau tahu, seperti apa kami esok hari.

Dengarlah, kami hanya ingin kau tahu. Cinta itu masih seperti dulu untukmu. Tak pernah berubah dan lekang. Meskipun, rambut dan mata ini, tak sehitam dan sejeli dulu lagi.

Karena, di dalam dada ini, tak pernah hadir duga dan kira padamu.

Sinjai, 17 Agustus 2020

Kutulis tepat hari dirgahayu bangsaku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun