Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tentang sebuah pagi yang masih berbenah pada suatu hari di bibir pantai. Aromanya amis dibawa ombak dan angin laut. Mungkin sumbernya dari perahu yang telah ditambatkan oleh orang-orang dini hari tadi. Mungkin pula dari orang-orang itu sendiri yang telah kembali dari perantauan beberapa pulau.
Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tentang embun yang masih kerasan menempel pada rerumputan liar di tepi pantai. Dan di bawah pohon nyiur, tak jauh dari pantai itu, aku lihat kilauan jutaan pasir yang tertatap mentari, terinjak dan tak perduli oleh kaki-kaki yang tergopoh menjemput rezeki.
Mereka para nelayan. Manusia-manusia perahu yang nyaris hidupnya dihabiskan di tengah gelombang. Berteman badai, bersahabat prahara. Mempertaruhkan nyawa demi anak istri dan orang-orang yang butuh ikan.
Cerita ini bukan fiktif. Tentang mimpinya yang biasa suram. Tentang nasibnya yang terkadang abai. Tentang hidupnya yang seringkali tergadai.
Sinjai, 1 Juni 2020