Di kedalaman pemahamanmu tentang arti menang dan kalah aku menggugat. Pada engkau yang selalu menulis surat bersampul kelabu di sana. Katamu kita Indonesia, yang terlahir dari rahim yang tak pernah beda meskipun dibesarkan dari bunda yang tak selalu sama. Tapi mengapa kau biarkan merah memisahkan putih?.
Tak usah bicara tentang nasionalisme, bila memaknai menang dan kalah saja harus dengan darah. Ini bukanlah perlombaan yang segalanya harus terukur dengan satu, dua dan tiga. Ini tentang kebesaran jiwa untuk mengalahkan diri sendiri, tentang gairah mengelolah kegagalan, tentang kemampuan menerima kenyataan. Tapi mengapa kau diamkan merah ceraikan putih?.
Tak perlu berkoar tentang patriotisme, bila menghayati menang dan kalah saja mesti dengan aku. Bukankah bangsa ini milik semua, yang tak pernah mengenal kumpulan dan retak perpecahan. Kita itu utuh, kita itu bulat. Tapi mengapa kau izinkan merah menyobek putih?.Â
Menang dan kalah hanyalah ungkapan situasi sesaat. Dia adalah istilah yang tak mungkin terpisahkan. Bagaikan dua sisi mata uang yang saling membutuhkan, saling melengkapi, sebab tak akan tercipta kemenangan bila tak terlahir kekalahan.Â
Jadi, apalah artinya kemenangan untuk semua bila kita tak mengakui kekalahan untuk semua?
Di kedalaman pemahanmu tentang arti menang dan kalah aku menggugat.
Sinjai, 26 Mei 2019