Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ngilu

24 Mei 2019   22:34 Diperbarui: 24 Mei 2019   22:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas tarwih malam kemarin, ditemani kopi dan canda tawa sahabat. Aku lihat, seorang ibu separuh baya di emperan toko di seberang jalan itu, mengemas tidurnya di atas kardus. Disebelahnya, dua bocah menata tangis inginkan sesuatu. Mungkin haus, boleh jadi lapar.

Dielusnya isak sedih bocahnya dengan janji tanpa pasti, tentang rumah beratap kelabu, tentang halaman berbunga jingga. Berharap perih hati bocahnya menguap bersama malam.

Aku, kopi dan canda tawa sahabat, menikmati suasana yang tinggal separuh, sebab separuhnya lagi sudah terenggut di emperan toko di seberang jalan itu. 

Akh, rasa ngilu mendera nurani tiba-tiba. Kepedihannya merembes di gelas kopi di depanku. Menetes disetiap canda tawa sahabatku. Lalu tumpah berhamburan mengoyak rasa manusiaku.

Sambil menahan letih kepalaku yang mulai berdenyut. Tatapan nanar mataku berucap lirih, "masih pantaskah aku duduk di seberang jalan ini, saat kopi terasa hambar dan canda tawa terdengar luka?"

Semua itu karenamu, ibu setengah baya yang mengeluas isak sedih dua bocahnya, di emperan toko di seberang jalan itu.

Sinjai, 25 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun