Percaya tidak percaya aku menulis perasaan ini. Menghamparkannya pada lembaran-lembaran yang nyaris menjadi buku. Dengannya aku merasa begitu sempurna, sebab keresahan yang biasanya mengangkangi otak kepalaku, sedikit demi sedikit terobati bersama karyaku.
Tak perlu merasa kerdil di hadapan kami, karena itu hanya membuatmu semakin jauh terseret pada perasaan tidak mampu. Mulai saja apa yang kalian bisa, apa saja!. Bukankah hasil, hanya deretan angka-angka yang kadang menghadirkan rasa puas, meskipun dilain waktu melahirkan sebaliknya. Bukankah hasil, hanya penegas aksara-aksara, penanda ujung kalimat pada satu keresahan, sebagai pengingat dimulainya keresahan berikutnya.
Jadi sekali lagi kubisikkan di telingamu yang kadang memerah karena malu. Bahwa proses adalah tuannya. Mengawali dan mengakhiri adalah kejadian yang tak perlu diperbincangkan, dan memang tak pantas dibicarakan. Karena karyamu adalah privasimu. Lelehan pergulatan suasana cinta dan bencimu, batas pemisah antara kenyataan dan harapanmu.
Tak seorang pun boleh menggaulinya dengan cercaan, menggumulinya dengan makian, apalagi menghardik kebebasanmu.
Ini ruang berekspresi bung!, tempat mengeksploitasi dalamnya kepekaan. Wadah mengumbar manisnya hidup sekaligus getirnya menjalani. Rumah yang diperuntukkan bagi jiwa-jiwa yang merdeka.Â
Asalkan satu yang mesti kalian ingat, jangan pernah melampaui batas. Privasimu adalah garis, antara hakmu dengan hak yang lain.Â
Jangan kelewat batas...!
Sinjai, 21 Mei 2019