Mohon tunggu...
Guntur Saragih
Guntur Saragih Mohon Tunggu... -

Saya adalah orang yang bermimpi menjadi Guru, bukan sekedar Dosen atau Trainer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memproses Hukum Steven dan Nathan, Keadilan untuk Saudara Kita Tionghoa

1 Mei 2017   18:17 Diperbarui: 1 Mei 2017   18:25 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita semua tahu, warga negara Indonesia terdiri dari berbagai macam etnis, salah satunya etnis Tionghoa. Kita semua tahu, selama ini hubungan yang terjadi sangat harmonis. Kualitas hubungan antar etnis di Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan Malaysia, Amerika Serikat, apalagi Myanmar. Kita semua tahu, kalau mayoritas etnis Tionghoa di Indonesia telah bersatu padu dengan republik tercinta menjalani kehidupan bersama.

Saudara Tionghoa di Indonesia tidak berbeda dengan etnis lainnya. Ada yang berprestasi, ada pula yang tidak, ada yang mengharumkan nama bangsa ada juga melakukan tindakan sebaliknya. Semua hal tersebut ada dalam etnis di Indonesia. Tidak ada anggapan etnis yang satu lebih superior dibandingkan etnis yang lain.

Ibarat papatah mengatakan, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Karena orang seperti Steven dan Nathan, isu tentang perilaku sombong mereka menjadi alat untuk menghubung-hubungkan dengan etnis Tionghoa. Hubungan hanya satu, mereka memang etnis Tionghoa. Kita semua tahu, kemarin Ahok merupakan salah satu etnis Tionghoa yang begitu masif memprovokasi perbedaan etnis dan agama menjadi komoditas politik. Karenanya, setiap tindakan segelintir orang yang tidak pantas menjadi sesuatu yang besar.

Sayangnya, kita semua sekarang tahu, betapa kelimpungannya Polri melakukan tindakan hukum. Kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan belum tertangkap, Iwan Bopeng, kini ditambah lagi Steven dan Nathan. Kita semua tahu Polri memiliki kemampuan yang luar biasa. Polri mampu menemukan berbagai pihak yang melakukan permasalahan hukum. Terakhir Polri berhasil menangkap Miriam, tersangka KPK yang telah diberikan status DPO.

Oleh karena itu, wajarlah banyak pihak berharap kepada Polri untuk segera memanggil Steven dan Nathan untuk setiap kasusnya. Janganlah sampai perilaku istimewa yang diterima Ahok saat Polri dan Jaksa mendukung upaya penundaan pembacaan dakwaan terjadi untuk kedua orang ini. Bayangkan, untuk setiap detik para saudara saya Tionghoa dibuat ketar-ketir, karena keduanya tidak kurun dipanggil oleh Polri.

Bayangkan kontribusi orang-orang Tionghoa hebat yang pernah mengisi sejarah Indonesia harus dihadap-hadapkan dengan kasus orang kerdil seperti Steven dan Nathan. Tidak sebanding jika orang seperti Susi Susanti, Kik Kian Gie, Soe Hok Gie harus disejajarkan dengan Nathan dan Steven karena kebetulan dari etnis yang sama.

Bayangkan, saudara Tionghoa harus menanggung malu karena menyaksikan kedua orang ini melakukan tindakan intoleransi dan dibiarkan. Malu karena ada tindakan rendah tersebut, malu karena keduanya tidak diprose sebagaimana mestinya. Citra baik yang sudah berpuluh tahun dipupuk rusak bukan karena tindakan bodoh kedua orang ini, melainkan anggapan kekuatan dibalik yang membuat kedua orang ini dianggap sakti.

Saudara kita Tionghoa selama yang saya kenal merupakan tipikal orang yang sangat sadar dengan hukum. Hal ini dapat kita kenali dengan kepatuhan mereka mengurus pajak, sehingga pembiayan perbankan untuk bisnis mereka menjadi lebih baik. Mereka sangat menghindari masalah dengan hukum, mereka sangat hati-hati jika berurusan dengan aturan. Karenanya, ironis jika orang seperti Steven dan Nathan diidentikkan dengan kebal hukum. Hal ini memutarbalikkan fakta yang sebenarnya.

Urusan pemanggilan kedua orang ini bukan semata-mata aspek keamanan dan penegakan hukum, tetapi lebih jauh berbicara dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan sampai penegakan hukum yang tidak adil untuk keduanyamenjadi fitnah bagi saudara kita Tionghoa. Jangan sampai, generalisasi muncul bukan karena perlakuan saudara kita Tionghoa, melainkan karena kegamangan aparat hukum kita. Akhir kata, panggil mereka, lakukan penyelidikan. Kedua orang ini kelewat kecil untuk jadi dianggap istimewa. Mereka harus diperlakukan sama dengan diduga pelanggar hukum lainnya. Saudara Tionghoa Indonesia jauh lebih penting dibandingkan dengan Steven dan Nathan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun