Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah usaha Meng-ada-kan ku

Mencari aku yang senantiasa tidak bisa kutemui

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gibran dan Bobby "The Next" Dinasti Politik Jokowi?

6 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 6 Mei 2021   07:09 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: CNN.Indonesia


Politik negeri ini rupanya sulit keluar dari pakem dinasti. Lihat saja siapa yang saat ini sedang ada dalam lingkaran politik dan kekuasaan. Jika dikelompokkan pasti mereka punya hubungan pada salah satu keluarga yang pernah berkuasa. 

Di mulai dari Keluarga Soekarno, lalu dinasti Soeharto, setelah itu famili Bambang Yudhoyono dan saat ini kerabat Jokowi.

Masing - masing keluarga itu ada dalam lingkaran kekuasaan dan atau menjadi tokoh politik di salah satu partai yang ada di negeri ini.

Kondisi ini nampaknya tidak terhindari walau selalu didengungkan bahwa nepotisme adalah salah satu musuh demokrasi. 

Ini memang suatu ironi. Mereka menjadi tokoh politik dan bisa duduk di kursi kekuasaan justru karena proses demokrasi yang dilaksanakan di negeri ini. Ya, masyarakatlah yang telah memilih mereka untuk berada di posisi itu.

Ketika Jokowi mulai menapaki dunia politik dengan menjadi walikota di Solo, tak seorangpun yang menyangka bahwa beliau akan menjadi salah satu pemimpin bangsa ini sebagai seorang presiden.

Namun garis tangan sebagai seorang pemimpin seolah mendorong Jokowi dari walikota, menjadi Gubernur DKI dan kemudian sebagai pemimpin tertinggi di negeri ini.

Pada awalnya juga tidak ada yang menyangka bahwa Jokowi pun akan membangun dinasti politik di negeri ini. Karena anak - anaknya masih relatif muda serta sepertinya mereka lebih tertarik sebagai seorang pengusaha daripada seorang penguasa.

Namun lagi - lagi, takdir berbicara lain. Entah karena momentum atau juga dorongan dari masyarakat, anak sulung Jokowi Gibran dan menantunya Bobby masuk ke ranah politik dengan bertarung dalam kancah Pilkada. 

Saat itu terjadi banyak orang yang meragukan kemampuan mereka, bahwa kritik pedas sebagai aji mumpung dan memanfaatkan kekuasaan mendera mereka saat itu.

Dan mereka memang terpilih dalam bingkai pilkada yang menjadi ajang kegiatan demokrasi di negeri ini. 

Gibran menjadi walikota di Solo, tempat bapak nya Jokowi dulu menapak kehidupan politik pertama kali dan Bobby sang menantu presiden menjadi walikota di Medan.

Nampaknya keduanya ingin membuktikan bahwa posisi yang sekarang mereka tempati bukanlah hadiah karena mereka adalah putra dan menantu Jokowi. 

Sejak awal kentara sekali keduanya ingin menunjukkan bahwa mereka terpilih karena kemampuan dan prestasi. 

Bobby sang menantu Jokowi di hari pertamanya sudah mulai blusukan dan ingin membenahi kota Medan. Juga dia secara tegas memecat aparat yang kedapatan melakukan pungli dan mengganti pejabat yang dianggapnya tidak mumpuni.

Hal yang sama dilakukan Gibran. Putra sulung presiden ini juga mengandalkan blusukan sebagai cara menyerap inpirasi masyarakat seperti yang telah dilakukan oleh Jokowi. Dia juga bersikap keras ketika ada aparat yang melakukan pungli.

Tentu saja tindakan keduanya kemudian menimbulkan diskusi bahkan kontroversi. Ada yang mendukung namun banyak juga yang bersikap sinis bahwa ini hanyalah sebuah pencitraan.

Ya, memang tidak bisa juga terlalu cepat menilai bahwa tindakan ini merupakan pencitraan atau bukan. Sikap dan tindakan keduanya harus diuji apakah memang sikap tegas dan merakyat itu sungguh jati diri mereka atau hanya sekedar sandiwara belaka.

Apalagi tidak bisa tergesa untuk mengatakan bahwa mereka sudah siap menggantikan posisi Jokowi. 

Hal yang pasti negeri ini masih sangat membutuhkan para pemimpin yang sungguh mau mengabdi dan melayani rakyat. Sebagai pemimpin muda harapan itu juga ada di pundak mereka.

Apakah Gibran dan Bobby akan mengikuti jejak Jokowi sebagai pemimpin bangsa ini? Wallahu alam. ***MG

Bahan bacaan

Detik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun