Mohon tunggu...
gunawan trihantoro
gunawan trihantoro Mohon Tunggu... Penulis - Berbuat untuk Perubahan

Penulis Buku Cinta Karya Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bidadari Kecilku

10 Juli 2020   11:20 Diperbarui: 10 Juli 2020   11:27 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini, bayang-bayang bidadari kecilku hadir, bersama hujan mengguyur jiwaku. Membasahi seluruh baju imajinasiku. Mendekat dan duduk di samping hatiku. Seolah ingin menghangatkan perasaanku yang dingin oleh kerinduan.

Aku terus mendesak imajinasiku untuk bergerak. Menjauh dari bayang-bayang semu yang menghantui hati dan pikiranku. Lari memasuki lorong kehidupan nyata, yang menuntut ketegaran jiwa. Agar tak patah oleh kencangnya hembusan angin cinta yang mendera. Namun, aku tak berdaya menghindar semua kisah roman hidup ini.

Aku dudukan hatiku pada bangku panjang kenyataan. Dan aku sandarkan pikiranku pada dinding kepasrahan. Aku biarkan bidadari kecilku menginspirasi roman hidup .yang baru aku temukan semalam.

***

Gemuruh petir menggelegar membahana di langit-langit cinta. Seperti gemuruh hati dan pikiranku, yang menggelegar di ruang kerinduan. Dan menggetarkan kaca-kaca jiwaku. Aku semakin terpaku, menatap tajam bangku panjang kenyataan, dan dinding kepasrahan.

Tiba-tiba aku terbawa hanyut oleh gelombang cinta. Menari-nari sendiri di samudera luas asmara hati. Terseret ke tengah-tengah gelombang, jauh meninggalkan daratan kesadaran. Dan terdampar pada pulau terpencil, tempat di mana bidadari kecilku tinggal.

Aku terbangun dan tersadar dari pingsan kelelahan. Aku mencari tempat untuk mengistirahatkan hati dan pikiran, demi mendapatkan kesadaran diri. Lama aku berdiam di antara sunyi dan sepi. Berharap bertemu bidadari kecilku, yang selalu menggoda dunia imajinasiku.

Sepi sunyi menemani kesendirian. Suara debur ombak dan kicauan burung hadir menghiburku. Aku berdiri menghapiri sepi, dan menyapa sunyi pada pulau ini. Di manakah aku harus mencari bidadari kecilku, yang senantiasa hadir dalam hati dan pikiranku.

Aku langkahkan kaki mendaki pulau harapan. Aku telusuri jalan-jalan terjal, bertepikan jurang keraguan. Tak tahu arah tujuan, ke mana aku temukan, bidadari kecilku yang menghilang. Aku terus berjalan dalam kesendirian, beralaskan harapan tanpa kepastian.

Langkah kakiku terhenti, tepat di bawah pohon impian hati. Aku duduk bersandar pada pohon impian ini. Lalu, aku pejamkan mata menjemput tidur. Aku ambil selimut hangat mimpi-mimpiku. Dan berdoa kepada Tuhan, agar segera dipertemukan dengan bidadari kecilku.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun