Mohon tunggu...
Gunawan Sundani
Gunawan Sundani Mohon Tunggu... Mahasiswa PRODI PBSD(Pendidikan Bahasa Sastra Daerah)

Melestarikan Budaya Melalui Karya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kesitimewaan Manusia Sunda

28 Februari 2025   00:10 Diperbarui: 28 Februari 2025   00:10 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamis 27-02-2025. Dokpri

Manusia tingkat tinggi sebagai manusia. Ia dipatuhi bukan karena perintah-perintahnya, tetapi karena kepribadiannya yang tidak suka pamer. Yang menjalankan kekuasaan boleh lembaga resmi, pemimpin yang lain, asal berorientasi pada pemimpin Sunda sejati yang kharismaik itu.. Diam bukan berarti pasif tak bergerak atau ak berdaya. Kekuasaan yang diam itu penuh dinamika, penuh energi, dan penuh daya-daya yang mengandung isi. Diam dan kosong bukan berarti tidak bermakna. Justru diam karena penuh makna. Untuk mencapai kualitas tokoh diam yang rendah hati dan kosong itu tidak mudah. Tokoh diam itu penuh taksu, pencerahan  daya tarik gravitasi, yang hanya dapat dicapai melalui ketekunan laku dan keimanan.

Maka dari itu harus hati-hati dengan orang diam, karena orang diam itu bukan berarti orang kosong. Jangan semena-mena memperlakukan orang yang bersikap diam apalagi mengintimidasi, sebab orang diam banyak sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain. Agar mempunyai seperti itu perlu latihan lama dan rutin, karena pada dasarnya manusia tidak bisa secara tiba-tiba mendapatkan sesuatu atau sikap seperti itu. Orang Sunda memiliki ajaran yang sangat tinggi, bahkan oleh para peneliti disebut Sunda Wiwitan, yang artinya sunda pertama.  Yang dimaksud Sunda Wiwitan oleh para peneliti itu adalah orang sunda tidak memiliki agama tapi ajarannya sudah melebihi orang yang beragama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun