Mohon tunggu...
Gunawan Sri Haryono
Gunawan Sri Haryono Mohon Tunggu... lainnya -

Menjadi sahabat bagi yang sedih, menjadi teman bagi yang bersukacita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lengser Keprabon Madeg Cakil

25 Januari 2017   12:13 Diperbarui: 25 Januari 2017   12:19 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

LENGSER KEPABON MADEG CAKIL

Tulisan Anas Urbaningrum tersebut telah menjadi perbincangan ramai. Saya tidak tahu apa yang ada di hati Anas ketika menulis itu.  Saya sendiri mencoba merenungkannya dan mencoba mendapat pelajaran dari pernyataan itu.

Apa makna Lengser Keprabon Madeg Cakil ?

LENGSER KEPRABON MADEG PANDHITA

Kompas.com(  23.1. 2017 ) menulis salah satu dari butir-butir tulisan Anas , "7. Ya Allah, jangan ubah 'lengser keprabon madeg pandhitomenjadi lengser keprabon madeg CAKIL'.". Anas menulis salah satu mutiara orang jawa, Lengser Keprabon Madeg Pandhita.  Ini adalah kemuliaan dari seorang raja yang memutuskan untuk turun dari tahta dan menyerahkan kepada generasi berikutnya. 

Pada umumnya raja digantikan karena meninggal, tetapi ada raja-raja yang memutuskan turun tahta sebelum mangkat. Dan apa yang dilakukan setelah turun tahta? Pada umumnya raja akan mundur dari urusan keduniawian dan bertapa atau bermeditasi seumur hidupnya dan menjadi seorang pendeta.

Menjadi ratu, bagi orang jawa adalah kedudukan”duniawi” tertinggi. Ratu, bisa berasal dari kata Rat ,artinya alam. Dengan demikianrRatu atau raja adalah wakil dari yang mahakuasa untuk menata alam supaya alam dan isinya hidup dalam ketaatan kepada hukum-hukum ilahi dan hidup dalam keharmonisan. Tugas seorang ratu adalah memayu haryuning bawono. Menjaga keselamatan alam semesta. Karena itu orang jawa mengakui bahwa ratu tanah jawa adalah keturunan Wisnu, karenanya ia akan mampu menjaga alam dengan baik. Ratu yang tidak memawarisi sifat-sifat Wisnu akan hancur atau dihancurkan.

Untuk itu seorang ratu perlu punya bekal ilmu supaya bisa menata alam.  Ratu-ratu gung binethara selalu dibekali dengan ilmu Hasta Brata , yaitu ilmu manajemen pemerintahan berdasarkan sifat-sifat alam, yaitu bumi, matahari,bulan, bintang,  langit, samodra, angin, dan api. Prabu Ramawijaya dan Prabu Kresna adalah raja-raja besar yang menguasai ilmu tersebut. Arjuna mendapat gemblengan dari Kresna supaya menguasai ilmu hasta brata, sekalipun Arjuna tidak menjadi raja, tetapi ia mewariskan kepada cucunya Parikesit yang meneruskan pemerintahan Pandawa di tanah Jawa.

Akan tetapi sekalipun seorang ratu agung menguasai ilmu untuk menata alam, selalu saja dalam penerapannya melakukan kesalahan disana-sini. Tidak bisa bersih sama sekali. Kresna melakukan siasat-siasat selama mendampingi Pandawa . Siasat-siasat mana seringkakali berbau kelicikan. Dengan demikian seorang ratu dalam menegakkankebenaran secara umum kadang-kadang melanggar hukum. Sekalipun pelanggaran ini bisa diterima karena kepentingan kebenaran yang lebih besar. Seorang ratu yang benar-benar bijaksana akan menyadari bahwa penerapan kebijakannya demi kepentingan semesta bisa melukai beberapa orang. Hal-hal mana tidak diharapkan namun dalam keterbatasan manusia , seorang ratu terpaksa melakukannya.

Dengan demikian ketika seorang ratu memutuskan turun tahta, ia memiliih untuk memasuki pertapaan. Tujuan utamanya adalah untuk melekat kepada yang membuat hidup, menemukan kebenaran-kebenaran yang  hakiki, dan mohon ampun untuk tiap kesalahan yang dilakukannya selama ia memerintah, serta memayu hayuning bawana dengan cara berdoa kepada yang Maha Memerintah.  Pada saat ia menjadi pendeta, ia benar-benar melepaskan diri dari urusan dunia secara langsung. Ia menopang dunia dengan doanya. Ia memberi saran-saran yang hakiki tidak pada tataran kebijakan praktis. Sebab bagaimanapun kebjikan praktis sebaik apapun akan melukai.

Prabu Abiyasa adalah contoh Ratu yang turun tahta ketika masih sehat. Setelah turun tahta maka Abiyasa mundur ke pertapaan dan menjadi seorang Begawan.  Ia tidak lagi mencampuri urusan pemerintahan Hastina. Ketika Hastina pecah perang antara Kurawa dan Pandawa, yang adalah cucu-cucunya , Abiyasa tidak turun gunung. Ia seolah membiarkannya. Ia tidak secara langsung memihak kepada Pandawa yang dianggap benar. Ia berdiri di atas yang hakiki. Pandawa dan Kurawa datang kepadanya, maka sama-sama mendapat berkahnya. Mendapat nasihatnya. Dan nasihat tentang kebenaran yang hakiki. Tetapi ia tidak mencampuri pertarungan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun