Mohon tunggu...
Gunawan Sri Haryono
Gunawan Sri Haryono Mohon Tunggu... lainnya -

Menjadi sahabat bagi yang sedih, menjadi teman bagi yang bersukacita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apa yang Dilakukan Selama Berpacaran?

29 November 2016   22:16 Diperbarui: 29 November 2016   22:43 1818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak sedikit orang muda bingung apa yang dilakukan selama berpacaran. Ada yang berpendapat begitu jadian, maka mereka terikat saling memiliki, menjalin hubungan pria wanita secara intim dalam segala hal. Bahkan ada yang keintimannya dalam hal relasi fisik. Namun saat pacaran itu tidak bisa diteruskan, menjadi begitu sedih, sebab hampir segalanya telah diberikan. 

Pada waktu akan menjalin relasi baru merasa takut sebab memasuki relasi sebagai orang yang telah kehilangan hal-hal yang berarti. Dengan keadaan itu, merasa pendapat yang dimilikinya tentang pacaran itu  tidak benar, tapi juga tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan dalam berpacaran. Apa yang harus dilakukan selain menikmati kebersamaan, dan menikmati keindahan kemesraan, serta kesenangan sentuhan fisik? Atau kalau kesenangan sentuah  fisik itu tidak ada, apa artinya berpacaran?

Hal Pokok Dalam Berpacaran

Berpacaran memiliki 2 fungsi , pertama, adalah untuk meneguhkan apakah memang cocok untuk masuk ke dalam pernikahan, kedua, untuk mempersiapkan pernikahan.

Jadi pacaran bukanlah wadah untuk menikmati relasi pria wanita sepenuhnya. Menikmati relasi pria wanita sepenuhnya adalah dalam pernikahan. Pacaran adalah mempersiapkan untuk memasuki relasi pria wanita yang sebenarnya. Kalau pacaran sudah menikmati hal-hal yang seharusnya dilakukan dalam pernikahan, maka pernikahan yagn akan dijalani seumur hidup sudah kehilangan keindahannya.

Meneguhkan Kepastian Relasi Menuju Pernikahan

Ketika memutuskan untuk berpacaran, sebaiknya sudah serius memikirkan untuk menikah dengan dia. Jangan sampai pacaran dipakai untuk coba-coba. Ini bukan berarti pacaran harus masuk dalam pernikahan. Bisa saja pacaran tidak diteruskan dalam pernikahan, apabila ditemukan hal-hal yang memang tidak cocok. Akan tetapi juga tidak dengan pikiran, pokoknya jadian dulu, nanti kalau tidak cocok ya putus. Sebelum berpacaran, sudah menilai dan mendoakan, dan merasa ada hal-hal yang sangat fundamental yang membuat bisa bersatu menuju pernikahan. Dan pada tahap pertama pacaran, hal itu dicari peneguhannya.

Setelah jadian, maka sudah ada perjanjian ikatan untuk serius membangun relasi. Namun sebaiknya disepakati untuk tahap awal, meneguhkan relasi mereka. Sebelum berpacaran, data-data diperoleh dari jarak jauh dan belum dalam relasi yang intens. Setelah jadian, karena sudah ada relasi maka bisa mengenali calon pasangan lebih dekat , sehingga  bisa dipakai sebagai kesempatan untuk menilai lagi, apakah yang dilihat dulu itu benar.Kalau benar, maka dilanjutkan dalam tahan berikutnya.

Untuk menilai apakah memang dia cocok untuk menjadi calon pasangan , ada beberapa hal perlu dipastikan. Pertama,adalah tujuan hidup. Periksalah apa tujuan hidupnya. Tujuan hidup akan menjadi tujuan yang akan dicapai bersama. Tujuan hidup yang berbeda akan menyulitkan perjalanann pernikahan. Kalau seorang pemuda sudah mengarahkan hidupnya untuk hal-hal kekal, maka pastikan sang pemudi juga memiliki tujuan hidup untuk hal-hal kekal. Jangan sampai karena cantik atau pintar,atau bahkan seorang yang  baik hati, diterima, padahal tujuan hidupnya untuk hal-hal yang sementara. Kelak pasti akan terjadi konflik dalam pernikahan. Lebih bagus lagi kalau tujuan hidupnya lebih spesifik. Misalkan hidup untuk menolong anak-anak yang terlantar.  

Kedua, perhatikan nilai-nilai hidupnya. Nilai-nilai hidup mengikatkan kehidupan sehari-hari. Harus disadari, bukan perasaan tertarik yang kuat semata yang jadi dasar ikatan, tapi nilai-nilai hidup juga. Nilai-nilai hidup itu antara lain, untuk apa hidup itu, apa arti uang atau kekayaan, apa arti pekerjaan atau karier, apa pentingnya kebenaran dan kejujuran, apa  pentingnya kemurahan, apa pentingya mengutamakan orang lain, apa pentingnya kesanggupan menderita. Apabila nilai-nilai hidupnya banyak yang tidak sama, maka akan sangat repot menjalani pernikahan. Ketiga, perhatikan temperamenya. Temperamen adalah sifat yang dimiliki sejak lahir. Yang paling mudah adalah mengikuti pembagian 4 temperamen, yaitu, sanguine, kholerik, flegmatig, dan melankolik. 

Tidak harus menikah dengan orang yang memiliki temperamen sama, akan tetapi yang penting memahami apa temperamen calon pasangan dan menilai apakah mampu hidup dengan seorang temperamen demikian. Sekalipun seorang dengan temperamen tertentu pada umumnya punya kecenderungan sama, akan tetapi setiap pribadi tetap akan menyatakan penampakan yang khas dalam temperamennya. Jadi betul-betul perlu dinilai. 

Seorang flegmatik perlu menilai apakah dia siap menikah dengan seorang kholerik yang terus bergerak, mencapai tujuan, dan mengatur. Demikian juga seorang melankolik apakah sanggup hidup dengan seorang sanguin yang cenderung bertindak mengikuti perasaan dibanding pikirannya. Keempat, periksalah sifat-sifat yang mungkin berasal dari luka-luka masa lalu. Setiap orang pada dasarnya punya persoalan emosi yang nampak dalam sifat sehari-hari yang berasal dari pengalaman tidak enak pada masa lalu.

Ada yang  ringan dan sudah selesai, ada yang berat dan sudah selesai, namun ada yang belum selesai. Seorang yang dulu sering dibanding-bandingkan, kemungkinkan akan menjadi orang yang selalu ingin menang. Seorang dipukul, bisa jadi dia akan mudah melakukan kekerasan. Penting sekali untuk memeriksa apakah luka-luka ini sudah selesai, sebab jika belum selesai, maka dalam pernikahan, akan muncul dan bisa membuat sulit relasi. Perlu dipertimbangkan apakah sanggup menjalani kehidupan seumur hidup dengan seseorang dengan luka-luka demikian. Sebaiknya tidak berpikir, bahwa pernikahan akan membuat dia berubah.  

Kelima, perhatikanlah latar belakang keluarganya. Apakah dia memiliki tanggung jawab dalam keluarga, misalkah dia masih harus membiayai adik-adiknya, atau karena dia anak tunggal, dia harus merawat orang tuanya. Dengan memeriksa hal ini, bisa menilai apakah sanggup hidup dengan seseorang yang memiliki tanggung jawab keluarga seperti itu.

Peneguhan juga didapatkan dari berdoa. Tentu penilaian di atas juga dilakukan dengan doa, dengan minta pimpinan Tuhan supaya membuat penilaian dengan tepat. Namun perlu berdoa untuk bertanya secara khusus apakah memang dia orang yang tepat ?Tuhan menjawab bisa lewat FirmanNya, bisa lewat keadaan, bisa lewat nasihat orang.

Apabila sudah mendapat kepastian maka selanjutnya melangkah dalam persiapan pernikahan.

Persiapan Menuju Pernikahan

Ada dua hal yang perlu dilakukan di sini, yaitu, mempersiapkan kehidupan berkeluarga dan mempersiapkan pelaksanaan pernikahan.

Banyak orang fokus kepada persiapan pernikahan dari pada persiapan menjalani kehidupan keluarga. Bahkan uang banyak dihabiskan untuk acara pernikahan daripada mempersiapkan kehidupan berkeluarga. Sebaiknya mempersiapkan kehidupan berkeluarga lebih diutamakan. Pernikahan adalah awal, dan berlangsugn sekejap, namun kehidupan berkeluarga berlangsung seumur hidup .

Mempersiapkan kehidupan berkeluarga dilakukan dengan belajar bersama tentang apa itu keluarga, untuk apa berkeluarga, nilai-nilai kehidupan dalam keluarga, pembagian tugas, pola komunikasi, relasi dengan keluarga dan orang lain, perencanaan anak, relasi seksual, keuangan, dan pelayanan yang akan diambil. Mengambil kesimpulan bersama dan merumuskan bagaimana itu berlaku bagi keluarga yang akan dibangun.

Baru kemudian mempersiapkan bagaimana acara pernikahan dilaksanakan.

Hubungan Selama Masa Berpacaran

Untuk melakukan itu semua, maka selama berpacaran , bisa melakukan berbagai kegiatan. Pertemuan berdua, pertemuan berdua dipakai untuk berbicara banyak hal, seperti kegiatan masing-masing, mengemukan pendapat, mencurahkan isi hati tentang berbagai hal. Tentu juga untuk menikmati kebersamaan.  Melakukan kegiatan bersama, misalkan melakukan kegiatan pelayanan bersama, ini akan bisa melihat secara nyata bagaimana pikiran, respon, dan tingkah laku. Juga bisa melakukan kegiatan sosial. Apabila sudah mendapat keyakinan tentang kepastian relasi pernikahan, disediakan waktu untuk belajar bersama. Bisa mencari bahan-bahan pembinaan pernikahan sebagai dasar belajar.

Perlu juga masuk dalam lingkungan keluarga. Pada tahap pertama, masuk untuk mengenal kehidupan keluarga. Karena itu dalam tahap ini sebaiknya tidak masuk terlalu dalam, supaya kalau tidak jadi diteruskan relasinya, belum terlalu dalam keterlibatannya. Apabila sudah pasti mau menikah, maka keterlibatan bisa lebih dalam, dan semakin dalam mendekati pernikahan.

Sekali lagi ditekankan, jangan melakukan relasi fisik selama masa berpacaran, dan juga tidak saling menguasai. Tetap sebagai pribadi yang mandiri namun mengikatkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun