Mohon tunggu...
Gunawan Simangunsong
Gunawan Simangunsong Mohon Tunggu... Administrasi - Gunawan Simangunsong seorang Junior Asscociate di Refly Harun & Partners saat ini sedang menempuh Pascasarjana Universitas Indonesia Peminatan Hukum Kenegaraan. Untuk menghubungi bisa di gunawansimangunsong14@gmail.com

Lawyer at Refly Harun and Partners, Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Israel, Gibeon, dan Diplomasi

7 April 2020   00:15 Diperbarui: 7 April 2020   09:41 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang adalah tipu muslihat” begitulah kata-kata Sun Zi seorang ahli strategi perang Tiongkok terbaik yang hidup 544-496 SM. Nampaknya kata-kata tersebut benar adanya, ketika saya membaca riwayat perang Bangsa Israel yang pernah ditipu oleh Bangsa Gibeon melalui strategi diplomasi.

Sepeninggal Musa, Yosua merupakan Sang Suksesor yang diperintahkan Tuhan untuk merebut tanah Kanaan dari suku-suku bangsa yang mendiaminya. Tentu seperti Musa, Tuhan berjanji akan “menyertai” Yosua untuk memimpin bangsa Israel yang terkenal dengan “keras kepala” dan kadang-kadang melawan perintah pemimpinnya. Namun janji penyertaan tersebut dengan satu catatan Yosua harus “menguatkan dan meneguhkan hatinya”.

Setelah Yosua menerima perintah tersebut, dia langsung melakukan langkah-langkah untuk meng-aneksasi tanah Kanaan. Dengan strategi yang diperintahkan Tuhan, Yosua berhasil memenangkan dua pertempuran besar dengan skor telak yaitu melawan bangsa Yerikho dan melawan Bangsa Ai. Bahkan Bangsa Ai benar-benar dibumihanguskan dengan total yang meninggal dipihak Bangsa Ai 12.000 orang sebaliknya dipihak Israel nihil.

Mendengar kemenangan Bangsa Israel tersebut Bangsa Gibeon salah satu suku bangsa yang mendiami tanah Kanaan takut dan gentar. Mengapa mereka takut dan gentar? Karena mereka sadar tidak akan mampu menghadapi Bangsa Israel. Mereka juga sadar Bangsa Israel pasti akan membumihanguskan mereka juga, sama seperti Bangsa Yerikho dan Bangsa Ai.

Bangsa Gibeon kemudian menyusun strategi, mereka mengirim utusan dengan menemui Yosua dan bangsa Israel, mereka “berpura-pura” mengaku datang dari tempat “yang sangat jauh” yang artinya bukan bangsa yang mendiami tanah Kanaan. Walaupun Yosua awalnya tidak percaya namun karena Bangsa Gibeon menunjukkan bukti bahwa mereka datang dari tempat “yang sangat jauh” yaitu dengan pakaian yang lusuh dan roti panas yang telah berubah menjadi remah-remah, akhirnya Yosua dan dan tua-tua Israel percaya dan mengadakan persahabatan serta besumpah akan membiarkan Bangsa Gibeon hidup.

Namun tiga hari kemudian, borok Bangsa Gibeon akhirnya “terdengar” oleh Bangsa Israel, lalu mereka bersungut-sungut kepada Yosua  dan pemimpin lainnya karena mereka ditipu. Namun apa daya janji sudah disepakati dan sumpah sudah diucapkan yang pasti tidak dapat dilanggar. Maka Yosua pun marah kepada bangsa Gibeon dan mengutuk mereka menjadi bangsa “tukang belah kayu” dan “tukang timba air” bagi rumah Tuhan yang sampai saat ini masih berlaku.

 Walaupun pada akhirnya bangsa Gibeon dikutuk Yosua menjadi bangsa “pelayan” rumah Tuhan, setidaknya mereka selamat dari pembumihangusan Bangsa Israel. Padahal sesuai perintah Tuhan kepada bangsa Israel jelas mereka dipeirintahkan membumihanguskan bangsa Het, Bangsa Girgasi, Bangsa Amori, Bangsa Kanaan, Bangsa Feris, Bangsa Hewi (Gibeon) dan Bangsa Yebus.

Dengan diplomasi Bangsa Gibeon tersebut saya dapat belajar tentang menggunakan akal sehat dan strategi diplomasi agar dapat selamat dari marabahaya dan masalah yang dihadapi. Dari Bangsa Gibeon saya juga belajar bahwa segala sesuatu tidak mustahil terjadi apabila kita tidak sombong dan dengan rendah hati mengakui kelemahan kita. 

Untuk mengakhiri catatan ini saya kembali mengutip kata-kata Sun Zi, dia berkata “Bila tahu kekuatan musuh dan juga tahu kekuatan diri sendiri, seratus kali perang tidak akan menemui bahaya. Bila tidak  tahu kekuatan musuh dan tidak tahu kekuatan sendiri, setiap kali perang pasti bisa berbahaya” selanjutnya Sun Zi berkata “Orang yang pandai berperang akan mengalahkan musuh tanpa perang”.

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun