Mohon tunggu...
Humaniora

Kafir Cap Alumni 212

31 Juli 2017   15:08 Diperbarui: 31 Juli 2017   17:48 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menyebut diri mereka sebagai pasukan yang membela harga diri agama mereka yang telah dirusak oleh Sang Penista, saya rasa Alumni 212 kurang konsisten. Kurang konsistenmya bukan masalah tentang semangat memperjuangkan agama yang mereka lakukan dengan hebat. Setelah 212 masih ada drmo demo nomor cantik lainnya meski tidak seluarbiasa 212 yang kabarnya diikuti 7 juta rakyat Indonesia. Konsistensi mereka dalam cap kafir mereka yang menurut saya menjadi masalah.

Beberpaa waktu lalu, saya kaget mendengar kabar bahwa seorang Hary Tanoesudibjo ditetapkan sebagai tersangka karena pengancaman pada seorang jaksa atau hakim. Maafkan bila kasusnya salah namun gambarannya adalah demikian. Sedikit bingung juga karena menurut saya kata kata yang dilontarkan Hary yang menjadi perkara tidak berbau pengancaman. Mungkin saya yang tak mengerti perkara maksud dari kata kata tersebut tapi masalahnya adalah adanya dukungan dari alumni 212 untuk membebaskan Hary Tanoesudibjo yang merunut aksi aksi mereka belaiu adalah seorang kafir.

Kata-kata kafir sering terlihat dalam demo demo nomor cantik yang katanya merupakan karya alumni 212. Kafir digambarkan mereka sebagai seseorang yang bukan muslim sehingga harus "diajari" dalam islam. Sang Penista yang kebetulan seorang non muslim tak asing lagi dengan cap kafir dari mereka yang menuntut beliau segera dipenjara. 

Sakit bicara ini, terlebih lagi Sang Penista adalah seorang tionghoa yang "dibenci" para alumni 212. Uniknya seperti yang kita tahu, presdien alumni 212 mengecam tindak perkara yang dilayangkan ke Harry Tanoesudibjo. Meski seorang non muslim yang notabene kafir menurut merrka serta seorang tionghoa, alumni 212 memberi dukungan kepada Hary dan menganggap kasus HT adalah tindak kriminalisasi. Untung saja demo untuk HT belum jadi karena sudah ada intervensi dari pemimpin mereka yang sedang pelesiran ke Timur Tengah.

Tetap saja blunder dari alumni 212 terendus publik. Demo  nomor cantik 287 tidak banyak peminat dan tidak semeriah 212 atau demo lainnya. Publik sudah mengetahui bahwa cap kafir dari alumni 212 dapat dibeli dengan sesuatu. Perlakuan yang didapat sang Penista dan HT bisa berbeda meskipun berlatar belakang sama. Masyarakat Jakarta sekarang bisa tenang dan tak usah kuatir dengan hari Jumat yang biasa mereka gunakan sebagai waktu demo.Kalau sang pemimpin yang kabur ke Timur Tengah tak kunjung  datang, demo nomor cantik tak ubahnya demo abal abal dengan bayaran nasi bungkus 15ribuan dan semangat menjual agama mereka demi kekuasaan dan kekayaaan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun