Mohon tunggu...
Kraeng Guido
Kraeng Guido Mohon Tunggu... Petani - Petani Cengkeh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pembudidaya Tanaman Cengkeh | Senang dengar lagu band Jamrud, Padi dan Boomerang

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Oe Kawan, Semoga Puasanya Lancar Ee

7 Mei 2019   19:59 Diperbarui: 7 Mei 2019   20:02 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pembuka, saya ingin mengucapkan 'Asalammualaikum' kepada saudara muslim sebangsa setanah air, yang sedang khusyuk berpuasa menyambut hari suci yang penuh berkah ini.

Pada tulisan kali ini saya ingin sedikit berbagi cerita terkait 'Kemanggaraian" saya dalam memaknai perbedaan keyakinan atau lebih singkatnya terminologi keimanan dalam konteks masyarakat di Pulau Flores.

Orang Flores memaknai toleransi agama salah satunya dengan cara sederhana, dalam sajian makan, ya apalagi pasca moment-moment krusial seperti pada saat hari raya. Mayoritas orang Flores beragama Katolik. Pada saat yang sama, kebanyakan orang Flores yang Katolik memiliki saudara dalam satu pohon keluarga, atau bahkan keluarga dekat yang beragama Islam. Paling tidak, kami punya tetangga yang beragama Islam.

Nyatanya kami disini rata-rata memiliki Suku yang sama, adat juga sama, tapi agama beda. Meski begitu, kami saling menghormati. Dan yang paling sederhana bagaimana kami bertoleransi dalam urusan makan. Dalam tradisi masyarakat Flores, ketika kami punya hajatan, hampir pasti kami menyembelih babi.

Tentu, saudara muslim yang taat menghindari makanan yang mengandung babi karena umat Islam meyakini babi haram. Namun, tetamu muslim tak perlu khawatir. Si empunya hajat hampir pasti menyediakan dari jenis daging hewan yang tak haram. Biasanya sapi, kerbau, atau kambing.

Alam kas suru kita biar hidop tu kaya ade kaka dan anggap samua sato kaluarga (Alam menuntut kami untuk hidup penuh toleransi)

Foto Bazar pengumpulan dana perbaikan masjid dan gereja dikampung/dokpri
Foto Bazar pengumpulan dana perbaikan masjid dan gereja dikampung/dokpri

Diatas itu foto bazar, ya budgetnya memang tidak seberapa (hehehe). Tapi dalam kertas kecil itu semangat solidaritas kami sebagai mahluk yang berTuhan terpatri. Saya pribadi merasa senang dengan inisiatif pengadaan bazar ini kemarin oleh beberapa orang. Alhamndunilah, Tentu niatnya mulia dan sangat berarti ditengah hiruk pikuk orang-orang dikampung menyiapkan segala sesuatu demi menyongsong hari raya.

Kendati, alam memang menuntut kami untuk hidup dalam kebersamaan. Itulah mengapa budaya patrinealistik masih amat kental dan kokoh bagi kami masyarakat flores pada umumnya. Semangat sosial kami tak terlekang waktu dan tempat, buktinya hubungan baik itu tetap terbina ditengah merebaknya virus intoleransi ditanah air kita ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun