Mengendusnya wacana pariwisata halal ini setelah Dirut Badan Otorita Pariwisata (BOP) Shana Fatina, tim percepatan pariwisata Halal Kementrian Pariwisata hadir mensosialisasikan model wisata halal ini di Labuan Bajo, 30 April 2019 kemarin.
Seketika isu ini mencuat ke publik dan menjadi buah bbir masyarakat wilayah Manggarai raya. Kendati demikian banyak yang menolak agenda tersebut, bahkan tak sedikit pula yang mengecam keras rencana dari BOP ini lantaran wacana tersebut dinilai tidak kontekstual diintrepretasikan di Labuan Bajo.
Sebagai masyarakat Manggarai Barat, penulis juga melihat pemberlakuan wisata halal di Labuan Bajo ini sangatlah tidak cocok dan koheren.
Pariwisata Labuan Bajo pada awalnya mengusung konsep Pariwisata Budaya. Ini dikarenakan pengaruh budaya di tengah masyarakat sangat kental dan masih kokoh. Sehingga terminologi kebudayaan ini yang mustinya ditonjolkan sekaligus di perkenalkan kepada turis dan wisatawan pada umumnya.
Berikutnya, perlu digarisbawahi juga ialah agar tidak perlu mencampur aduk kepentingan ideologi religius tertentu dalam mengembangkan pariwisata di Labuan Bajo. Jika menukik pada sekmentasi awal, pariwisata Labuan Bajo sudah diorientasikan untuk menerima semua manusia, semua wisatawan dari manapun, sehingga bagi saya Wisata Labuan Bajo tidak perlu dikerdilkan dalam terminologi halal atau tidak halal.
Disuatu pihak iklim pariwisata di Labuan Bajo, Pulau Flores, baiknya lebih dikembangkan menjadi pariwisata alam. Mengingat sebagian besar obyek wisata yang tersebar dipulau Flores terbentuk dari hasil alam atau secara alamiah, tanpa rekayasa dan campur tangan manusia. Maka dari itu tidak perlu emebel atau label wisata halal.
Pengembangan destinasi wisata harus berorientasi pada pelestarian, sementara wisata halal yang dimaksudkan itu merupakan konsep pariwisata yang berorientasi pada peluang pasar. Baiknya wacana wisata halal ini diberlakukan di tempat yang memang membutuhkan pasar tersebut.
Labuan Bajo, salah satu destinasi wisata prioritas dan menjadi proporsi penting yang sedang dikembangkan secara masif dan inklusif. Karena memang menyasar kesemua segmentasi pasar. Labuan Bajo memiliki beban tanggung jawab menjaga budaya lokal, biota darat dan laut serta flora dan fauna yang langka didunia.
Kendati demikian permintaan wisata halal ini tidak begitu besar diLabuan Bajo, karena memang segmentasi pasar labuan bajo terbesar dari Eropa, Australia dan Amerika. Ada kekhawatiran bahwa penerapan wisata halal ini nantinya mempengaruhi imej destinasi dan dapat mempengaruhi kunjungan wisatawan.