Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berdamai dengan Kemiskinan

18 Oktober 2021   15:39 Diperbarui: 18 Oktober 2021   15:43 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak orang justru membenci kemiskinan. Seolah-olah menyalahkan situasi. Padahal, tidak seharusnya seperti itu. Karena biar bagaimana pun, kemiskinan adalah problem kemanusiaan, menyangkut hajat hidup banyak orang. [Reba Lomeh]

Kita perlu berdamai dengan kemiskinan

Berdamai dengan kemiskinan merupakan analogi yang pararel dengan "hidup berdampingan dengan kemiskinan" atau "bersahabat dengan kemiskinan".

Sebab, saya pikir, berdamai itu pertanda bahwa kita belum menyerah dalam mengentaskan kemiskinan, berikut menyesuaikan diri sembari tetap produktif bekerja untuk menghasilkan sesuatu.

Sebaliknya, apabila kemiskinan itu dibenci maka, tidak ada implikasi pada perbaikan. Yang ada hanya satu pihak merasa paling benar (karena kekayaannya) dan pihak yang lain salah (karena miskin).

Lantaran, dengan perasaan damai berikut hati yang tak bernoda kebencian, kita yang awam bisa membantu pemerintah dalam mengatur agar kehidupan saudara-saudara sebangsa yang ditimpa kemiskinan berangsur-angsur membaik, sejahtera.

Maka dari itu, kita perlu berdamai dengan kemiskinan. Berdamai bukan berarti menganggap kemiskinan sebagai sebuah takdir hidup yang harus diterima begitu saja sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya.

Penting diketahui juga bahwa, Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan ukuran kehidupan kelompoknya, dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

Dengan begitu, kemiskinan terjadi karena atas dasar ketidak-sanggupan seseorang. Tidak sanggup bukan berarti malas, karena bisa saja seseorang menjadi miskin karena tidak mampu membaca peluang, pengetahuan tidak memadai, kurang terampil, dan seabrek alasan lainnya.

Di situlah, perlu adanya peran daripada keluarga, lingkungan dan pemerintah tentu saja dalam memberdayakan keluarga miskin.

Ya, entah itu lewat program padat karya, bantuan sembako, kursus/pelatihan kerja, bantuan tunai dan non-tunai, dlsb. Bukan malah sebaliknya, sibuk membenci tanpa menghadirkan solusi.

Saya kira itu. Sekian!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun