Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

NTT (Masih) Menjadi Provinsi Termiskin Ketiga Setelah...

17 Februari 2021   21:26 Diperbarui: 18 Februari 2021   07:00 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bocah-bocah usia sekolah tidak menikmati pendidikan dan tinggal bersama orangtua di rumah gubuk. Kemiskinan terus melilit kehidupan sebagian besar warga pedesaan di Nusa Tenggara Timur (NTT).(KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA)

Saya sebenarnya sudah bosan membicarakan hal satu ini. Merasa tidak survive saja. Meski secara ekonomi, kondisi saya tak kalah miris.

Diskursus mengenai kemiskinan memang tak pernah berakhir. Adapun wacana, ya, sekadar mentok pada tataran paradigma. Tapi, ujungnya nggak jelas (baca: nir eksekusi).

Itulah mengapa membicarakan aib orang atau halnya menonton film bokep lebih seksi dan menyita perhatian publik, ketimbang berdiskusi tentang kemiskinan. Fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita memang begitu sudah.

Kendati demikian, kemiskinan selalu menghadirkan situasi sulit lagi tidak mengenakkan: ekonomi ngap-ngapan bahkan kesengsaraan. Kemiskinan itu seperti kanker yang harus ditumpas habis sampai ke akar-akarnya. Tapi, lagi-lagi, tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Sementara di lain sisi, bila berbicara tentang kemiskinan di tengah pandemi ini memang terasa sedikit kurang afdol. Ya, ihwal memasuki tahun kedua ini semua reksa wilayah di tanah air masih terjungkal karena pandemi. Ekonomi bangsa terjun bebas dan rata tanah.

Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, diskursus buruk pandemi ini telah mendongkrak angka kemiskinan dan pengangguran baru. 

Daerah dan/atau provinsi yang sebelumnya dikategorikan makmur dan mampu menekan lonjakan angka kemiskinan, kini menghadapi masalah sangat serius. Apalagi untuk provinsi yang sejak awal tercatat tertinggal (bahkan sebelum pandemi merebak) tentu saja makin nggak jelas.

Sebut saja misalnya, NTT yang kini masih menjadi provinsi termiskin ketiga setelah Papua dan Papua Barat.

Kemiskinan di NTT memang bukanlah masalah baru. Hal itu sudah menjadi perkara tahunan. Bahkan jauh sebelum pandemi.

Maka sewaktu mendengar kilah Pemprov NTT yang mengkambing hitamkan Covid-19 di balik adanya lonjakan angka kemiskinan di NTT saat ini, saya pikir, adalah alibi semata untuk menutupi ketidakbecusan mereka menekan angka ketimpangan di bumi Flobamora.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan bahwa, jumlah penduduk miskin di NTT pada September 2019 adalah 108,62 ribu. Dan pada Maret 2020 naik ke 113,39 ribu orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun