Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi Polisi Arsy di Tengah Pandemi Ini Hendak Mendorong Kita ke Kubangan Humanisme

29 April 2020   23:09 Diperbarui: 1 Mei 2020   21:26 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polisi Arsilinus Lentar sesaat mengunjungi rumah Mama Paulina, 2019 yang lalu (Kompas.com|Markus Makur)

Berbagai cara dilakukan untuk menangani COVID-19. Salah satunya ditunjukan oleh aksi inspiratif yang dilakukan Polisi Arsilinus Lentar. 

Aksi inspiratifnya itu ditandai dengan memberikan sembako kepada nenek Lusia Ueng (85) yang hidup dan tinggal sebatang kara.

Dengan rumusan bernada puitik dan pesan mendalam, Polisi Arsy menyampaikan harapan itu dalam deskripsi video yang diunggahnya kemarin, Rabu (28/04).

Pada deskripsi video tersebut ia menuturkan "Beliau (nenek Lusia Ueng) sangat merindukan sekali uluran dan/ bantuan dari kita semua. Bila ada yang terunggah hatinya, silakan mengunjungi tempat tinggalnya".

Mudah diterka maksud dibalik kata-kata indah itu. Karena di tengah tragedi coronavirus saat ini, jawaban kita yang paling menonjol adalah keprihatinan. Selebihnya ialah solidaritas.

Polisi Arsy (begitu ia biasa disapa) saat ini bekerja di Polres Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Beliau telah dikenal oleh banyak orang di Manggarai Raya sebagai sosok yang inspiratif dan humanis.

Saya pribadi melihat Polisi Arsy sebagai sosok potensial dan berhasil memerankan wajah ganda dalam pelaksanaan tugasnya sebagai polisi. Yakni, selain menciptakan kekondusivitas ditengah masyarakat juga menyejahterakan kehidupan warga.

Rentetan aksi-aksi kemanusiaan yang dilakukannya acap kali membuat hati terenyuh dan menyita perhatian publik. Kendati, ia kerap mendokumentasikan potongan aksi kemanusiaan itu di media sosial.

Sore hari tadi, saya mendapat izin dari beliau untuk menceritakan kisahnya disini. Disela-sela diskusi kecil bersamanya, ia berkisah bahwa ia tidak tega melihat warga ditempat tugasnya yang terlunta-lunta di tengah wabah COVID-19. 

Terlebih-lebih bila menimbang nasib nenek Lusia yang tinggal dirumah reyot pinggir jalan, tidak terurus dan menjalani hidup sebatang kara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun