Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bisnis Porang yang Harganya Mulai Bersaing dengan Cengkeh

7 Januari 2020   14:27 Diperbarui: 8 Januari 2020   14:33 7585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman (buah) porang| dok.pri FB

Teman-teman di sini tahu nggak tanaman porang? Yup, porang merupakan termasuk tumbuhan bermarga Amorphophallus. Kalau di tempat saya, di Manggarai porang ini sangat mudah ditemui di pekarangan rumah, di hutan dan di ladang/ kebun.

Dari abad-abad yang lalu, tanaman porang di tempat saya tumbuh subur dengan liar. Meski tak sengaja dibudidaya dan dirawat secara intens. Nama lokalnya Wanga. Tapi sesekini orang-orang di tempat saya mendadak dan mulai menaman porang ini dengan gencar dan semangat berdarah-darah.

Konon, tanaman porang ini kaya akan manfaat. Umbi yang tertanam didasar tangkai yang bisa diproduksi dan diolah menjadi produk kesehatan dan kecantikan. Juga untuk pembuatan lem, jelly, bahan baku tepung dan sebagainya. Entah bagaimana prosedur cara mengolahnya.

Kata teman saya yang mulai huru-hara menanam porang itu, segmentasi pemasaran porang ini menyasar ke negeri Sakura (Jepang). Pun berpotensi untuk dikomersilkan, bahkan untuk pasar ekspor.

"Cukup su tanam cengkeh ee.. Beralih ke Wanga (porang) suda!" Seru teman saya dengan bangganya
"Hae.. Ada yang beli itu barang ko?" Sahut saya
"Banyak su ee. Mereka ada timbang itu. Mereka cari 55 ribu sekilo" Tambahnya lagi
"Wuih ngeri ee.. Liat sa besok-besok ni" pekik saya

Begitu kira-kira diskusi kami pada suatu pagi seminggu yang lalu. Tapi hingga kini saya masih mengurungkan niat untuk membudidayakan tanaman porang ini.

Persoalan lahan dan ketersediaan bibit memang sudah ada, kendati demikian saya belum sepenuhnya mendapat wahyu dari langit untuk banting stir dari menanam cengkeh ke porang. Pun bukan bagian dari master plan dari bulan ini.

Geliat Tanaman Porang

Memasuki tahun baru 2020 ini, tanaman porang begitu femiliar dan menjadi diskursus hangat di tengah masyarakat. Terkhusus bagi serumpun petani muda yang berada di reksa wilayah Manggarai Raya.

Eksistensi mengenai tanaman porang ini berseliweran di media sosial. Eskalasinya menembus layar android. Biasa, petani muda memang begitu, aktualisasi diri itu penting bung. Meski kebanyakan narsis dan mengejar pamor. Hahaha

Gambar Umbi tanaman porang
Gambar Umbi tanaman porang

Tapi sedini saya pribadi menaruh bangga bukan kepalang melihat kegesitan petani-petani muda Manggarai ini turun ke ladang. Pun jouk diskusi tidak lagi melulu perihal basa-basi ala milenial yang syarat normatif, melainkan sedini sedikit bergeser ke hal-hal yang produktif.

Kebanyakan dari petani-petani muda ini adalah mereka yang lulusan perguruan tinggi. Yang kebetulan belum bekerja dan atau masih mencari kerja (pengangguran tertutup). 

Melihat fakta ini tentu berkesadaran pada potensi-potensi yang bisa digarap seketika di desa. Ya hitung-hitung untuk membeli rokok dan paketan internet. Iya kan?

Tanaman porang ini memang sudah banyak yang cari. Kebanyakan dari pembeli-pembeli ini adalah mereka yang berasal dari Madiun dan Kediri, Jawa Timur. Pun orang atau sesama pengusaha dari Manggarai juga.

Baca juga: Harga Cengkeh yang Membuat Galau Sang Bapak

Menurut informasi yang sampai ketelinga saya juga, di Madiun sana patokan harga porang ini naiknya dua kali lipat dibandingkan di Manggarai. Yakni 100-110 ribu per kilo untuk porang kering dan 50 untuk porang basah. Hal ini bisa dimaklumi karena biaya produksi dan distribusi barang dan jasa.

Sementara untuk wilayah Manggarai Raya harga porang kering per kilogramnya 50 sampai 55 ribu. Sementara untuk porang mentah 15-20 ribu per kilonya. Lumayanlah, untuk saat ini bisa menyangi harga cengkeh yang terjun bebas-sebebasnya.

Baik petani cengkeh, kopi, kemiri hingga petani sawah sekarang ini, sudah mulai sesibuk semut menggalakan tanaman porang ini d ilahannya. Semoga saja tanaman agrikultur yang menjadi konsentrasi tani selama ini tidak ditinggalkan begitu saja, karena merupakam sama-sama tanaman yang berpontesial.

Aktivitas tani di bulan basah (red; januari) seperti ini memang grafiknya menanjak. Karena selain memanfaatkan curah hujan yang ada, pun mengolah tanah yang subur oleh air hujan. Harapan saya cuma satu, semoga dengan semangat bertani ini kelak ekonomi kembali berdenyut dikalangan petani.

Bisnis Santuy Tanaman Porang 

Menurut para pembudidaya porang dan yang sudah lama bergelut dengan tanaman ini, tehnik menanam tanaman ini tidak begitu sulit alias santuy. Kita hanya perlu menggemburkan tanah, membuat semacam lubang hingga ditambah pupuk kandang.

Masa panen buah porang tidak pula harus menunggu waktu yang lama. Cukup menunggu dua sampai dua setengah tahun setelah masa tanam. Dan ada baiknya pula menanam dimusim penghujan seperti sekarang ini, supaya tidak menyulitkan kita dalam merawat dan menyiram setiap hari.

Lebih lanjut, tanaman porang dalam masa panennya juga tidak memerlukan biaya banyak. Pun resiko yang ditanggung tidak sepertihalnya pada saat memanen cengkeh. Resiko yang saya maksudkan ialah, tanggungan upah pekerja hingga resiko jatuh dari pohon. 

Benar-benar santuy kata mereka. Rencanannya memang bulan depan, Februari tepatnya, saya mulai nimbrug dengan tanaman ini. Ya agar supaya tidak menanam cengkeh melulu. Kendatipun sekarang harganya aduh sangat jauh dari theologi kemakmuran dan mencekik leher. Hehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun