Mohon tunggu...
Go Teng Shin
Go Teng Shin Mohon Tunggu... -

Menulis dengan Data dan Logika.\r\nHobby tertawa, tinggal di Jakarta Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok dan Euforia Turunan Singkek

30 Maret 2016   10:49 Diperbarui: 1 April 2016   00:59 15434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Turunan Singkek yang memilih menjadi WNA dan tetap hidup di Indonesia akhirnya mengalami berbagai kesulitan dan dicurigai oleh aparat Orde Baru yang alergi terhadap cina komunis.

Turunan Singkek yang terlibat Baperki dan sejarah mesra dengan Tiongkok juga mengalami kepahitan di bawah rezim Orde Baru; dikejar, dipenjarakan dan banyak yang lenyap. Sementara mayoritas yang tidak terlibat Baperki, pun harus menanggung akibatnya selama 3 dekade dalam kecurigaan dan prasangka, persekusi identitas dan kebudayaan, meskipun secara ekonomi sangat maju pada rezim Orde Baru.

Euforia AHOK

Ada Kompasioner yang menulis mengenai Admin Kompasiana yang dinilai memihak 'kelompok tertentu' pro Ahok yang terus diberi panggung; sampai timbul pertanyaan, apakah Admin dari kelompok yang sama?

Ada pula artikel tanggapan terhadap satu Kompasioner top yang membully Adhyaksa Dault. Penulis tanggapan mengkomentari bahwa si Kompasioner top hanya melihat kepentingan kelompoknya sendiri saja.

Ada pula tulisan-tulisan yang membahas bagaimana CINTA BUTA sejumlah Kompasioner terhadap Ahok, sampai tidak pernah bisa menerima kritik terhadap Ahok, dan Ahok dianggap seperti dewa dan nabi yang tak bercela. Ditanyakan, bagaimana orang yang sama bisa cinta Jokowi yang santun dan merakyat tapi juga cinta Ahok yang bermulut kakus dan arogan?

Sebenarnya, bukan CINTA BUTA yang terjadi, karena cinta itu butuh personifikasi. Cinta buta adalah pandangan yang keliru kalau yang dimaksud adalah sikap dari turunan Singkek terhadap AHOK. Terhadap Jokowi kemungkinan besar memang cinta dan idolisasi, yang bisa pudar, bisa berubah menjadi kritik dan bahkan mulai antipati apabila performanya tak sesuai harapan. Terhadap Ahok, yang dikira cinta buta yang membuat ahem-ahem Ahok terasa coklat sebenarnya adalah, disadari maupun tidak,  manifestasi dari Mentalitas Singkek yang melekat berabad-abad.

Percuma bicara sama turunan Singkek soal mulut kasar Ahok. Percuma mengingatkan bagaimana Ahok membuat permusuhan dimana-mana dan menyakiti pihak lain. Percuma bicara soal penggusuran rakyat kecil. Percuma membahas bagaimana Ahok memiskinkan warga Betawi. Percuma membahas angka realisasi anggaran DKI atau prestasi Ahok yang serba tak jelas. Percuma membahas bahayanya  perbuatan Ahok yang kerap mengasong triple minoritasnya dan menimbulkan polarisasi SARA.

Ratna Sarumpaet karena anti Ahok maka dicerca. Tak ada yang mau ingat waktu Tragedi Mei 98, Ratna bersama relawan menolong Tionghoa. Sementara karena pasang badan buat Ahok, tiba-tiba Anton Medan yang menurut berita ditengarai terlibat kerusuhan Mei 98, jadi pahlawan. Ribuan likes, share dan retweet pujian buat Anton Medan. Anton Medan dipuji-puji sambil menyeruput bakmi di kopitiam, kumpul-kumpul sehabis sembahyang, ramai-ramai diacungin jempol.

Jaya Suprana yang banyak jasanya mengangkat image positif Tionghoa melalui kegiatan budaya, begitu memperingatkan Ahok; malah dijadikan sasaran penyerangan. Bukannya berterima kasih diingatkan orang tua, malah disebut provokator oleh Ahok. Anak-anak tanggung yang baru bisa mainin hape dan posting di sosmed, bisa seenak perutnya membully Jaya Suprana yang sudah sepuh.

Dalam Mentalitas Singkek itu, Ahok adalah Ziji Ren yang sedang melejit dan harus didukung habis-habisan. Segala kekurangan Ahok, sudahlah tak perlu dibahas! Ziji Ren, Ziji Gui; setan kita sendiri kok, lebih baik daripada malaikat, tapi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun