Mohon tunggu...
Gabriel Sujayanto
Gabriel Sujayanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

blogger penulisan efektif (djantobronto.wordpress.com), editor, freelancer, penyuka fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Kita Wajib Percaya pada Epidemiologi Saat Pandemi?

15 Mei 2020   08:48 Diperbarui: 15 Mei 2020   08:53 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak mau kalah, Kementerian Perekonomian melakukan studi untuk merelaksasi  PSBB lengkap dengan penjadwalannya. Mula-mula akan dilakukan per 1 Juni 2020. Dan pada akhir Juli 2020 diperkirakan telah memasuki fase kelima dengan membuka akses seluruh kegiatan ekonomi.

Lalu, Menteri Agama Fachrul Razi berwacana  pelonggaran kegiatan di rumah ibadah. Presiden Jokowi juga meminta masyarakat berdami dengan virus corona yang masih mewabah di Indonesia dalam dua bulan terakhir

Terakhir Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19, Doni Monardo, mengatakan aturan pemerintah yang memperbolehkan masyarakat di bawah umur 45 tahun untuk kembali bekerja, dan akan dilakukan secara terbatas.

Pertimbangan ekonomi menjadi faktor dominan dengan merelaksasi berbagai kegiatan yang memungkinkan orang berkerumun. Masyarakat tentu bingung oleh berbagai pernyataan itu di tengah penambahan kasus positif yang terus meningkat. Hingga 13 Mei ada 15.438 kasus positif, bertambah 689, rekor tertinggi penambahan kasus sejak infeksi pertama diumumkan pemerintah pada 2 Maret 2020.  Kurva positif covid-19 di laman resmi covid19.go.id pun memperlihatkan kurva masih menanjak dari kiri ke kanan. Belum mencapai puncak, apalagi penurunan.

Foto: amazon.com
Foto: amazon.com

Di berbagai daerah, para kepala daerah tingkat provinsi, kabupaten, dan kota juga masih  berjibaku membendung laju virus. Mereka membuat ruang isolasi darurat, penyekatan wilayah, dan mencari kontak tracing. Yang semuanya didasarkan oleh kajian ilmu epidemologi.

Ketika kasus positif meningkat puluhan di awal-awal pandemi saja, pemerintah langsung menyetujui PSBB di beberapa wilayah, kenapa kini setelah jumlah terinfeksi berbilang ratusan per hari, justru akan dilakukan wacana pelonggaran.

Masyarakat yang masih takut, akhirnya  mempersepsikan negatif pesan pemerintah tersebut, karena dianggap tidak clear dan konsisten. Padahal di tengah ketidakpastian ini, masyarakat butuh pesan yang jelas yang berasal dari satu pintu. Pesan juga mesti efektif menyasar target dalam berbagai kelompok umur, beragam budaya, dan punya daya jangkau hingga ujung wilayah negara. Cara melokalkan istilah seperti covid-19 dengan Penyakit Kerumunan oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Jogo Tonggo untuk memerhatikan tetangga oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo patut diapresiasi. Kedua gubernur ini tahu betul bagaimana mengomunkasikan hal sulit dengan bahasa rakyat.

Adalah penting untuk kembali menyandarkan penyelesaian masalah ini pada ilmu, seperti ilustrasi di awal tulisan ini, kembalikan ke ahlinya. Meski pandemi corona adalah hal baru, namun ilmu penangannnya tidaklah baru. Sejak tahun 1927 atau sembilan tahun sesudah Flu Spanyol berlalu, Kermack dan Mc-Kendrik, sudah merumuskan teori apidemi klasik (R.E Soeriatmadja -- Ilmu Lingkungan ITB).

Menurutnya, dalam setiap waktu tertentu selama epidemi berlangsung, tiap orang dalam suatu populasi dapat digolongkan pada tiga kelompok. Satu, kelompok orang yang tidak ditulari penyakit (Nu). Dua, kelompok orang yang terkena suatu penyakit menular (Ni). Tiga, kelompok orang yang tak tergolong kepada 1 dan 2, karena sudah sembuh atau meninggal.

Dari perkiraan  kecepatan perubahan jumlah individu pada ketiga kelompok itu, maka bisa diukur kecepatan penularan (I) dan kecepatan mereka yang sembuh atau meninggal (R). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun