Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berdamai dengan Ketidaknyamanan

16 April 2023   05:55 Diperbarui: 16 April 2023   06:01 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdamai dengan Ketidaknyamanan (gambar; cumanagement.com, diolah pribadi)

Hidup nyaman dan damai adalah dambaan setiap orang, tapi pada kenyataannya perasaan ini terus berubah. Perasaan nyaman dan tidak nyaman datang silih berganti.  

Perasaan ini kadang nyaman, kadang juga tidak nyaman. Suasana batin kita mudah terpengaruh dan bereaksi oleh karena kontak panca indera dari luar maupun dari dalam diri.

Apabila kita melihat, mendengar, membau, mengecap, menyentuh sesuatu yang tidak kita sukai timbulah penolakan. Lalu, dari penolakan timbulah kebencian. Dari kebencian maka muncullah penderitaan.

Demikian juga sebaliknya. Ketika perasaan menyenangkan yang muncul dari kontak panca indera maka kita ingin perasaan tersebut tetap ada. Kita ingin mempertahankannya, terus lagi, dan lagi. Lalu, muncullah nafsu keinginan yang berkelanjutan. Lantas ketika kita tidak mendapatkannya lagi maka muncullah penderitaan. 

Tanpa disadari kita telah dipermainkan bahkan diperbudak oleh perasaan kita sendiri. Yang membuat suasana batin menjadi tidak nyaman, sedih dan menderita. Kita merasa terlalu sering dikecewakan, diberi harapan palsu, dan segala yang diinginkan tidak tercapai.

Pada hakekatnya hal tersebut adalah hasil dari pola pikir dan kebiasaan yang tidak bijak dalam melihat fenomena perasaan itu sendiri. Sebagai contoh suasana batin yang tidak nyaman membuat selera makan pun tak enak, kerja pun tidak semangat.

Tanpa disadari kondisi pikiran, perasaan, dan jasmasi saling mempengaruhi dalam kehidupan ini. Baik perasaan nyaman atau tidak nyaman. Disadari atau tidak kita telah tertipu oleh diri sendiri. Alih-alih menyalahkan orang lain. Sesungguhnya hal itu hanyalah sampah yang mengotori pikiran ini. Setiap waktu.

Tersebab selama ini kita sering menutupi ketidaknyamaan perasaan dengan mengalihkan perhatian mencari hal yang nyaman. Apakah makanan yang enak atau tempat hiburan untuk menghilangkan ketidaknyamanan tersebut.  

Sesungguhnya hal tersebut tidak menyelesaikan masalah. Mungkin ketika mengalihkan perhatian ketidaknyamanan tersebut sesaat akan hilang, tetapi ketika kembali ke "rumah", perasaan tidak nyaman akan muncul kembali. Cuma tipu-tipu sementara. Malah yang ada hanya menambah kekotoran batin, lagi, dan lagi.

Nah, Bagaimana cara berdamai dengan ketidaknyamanan ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun