Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dhamma, Melindungi Tanpa Menolong

11 Februari 2023   05:55 Diperbarui: 11 Februari 2023   05:52 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dhamma, Melindungi Tanpa Menolong (gambar: globalpagoda.org, diolah pribadi)

Umumnya orang baru berpaling pada agama ketika mengalami kebuntuan logika. Kesadaran akan adanya hal-hal diluar kendali baru muncul ketika nalar bertekuk lutut. Ketajaman analisa tidak ada gunanya ketika keuntungan/kebaikan bukan jadi dasar keputusan. Ketakutan berkuasa ketika pertanyaan tidak terjawab -- Aku tidak tahu.

Aku tidak tahu kenapa mereka tidak menyukaiku. AKu tidak tahu bagaimana membahagiakan dia. Aku tidak tahu apa yang mereka mau. Aku tidak tahu sampai kapan dia akan di sisiku. Aku tidak tahu bagaimana caranya melindungi mereka selamanya. Aku tidak tahu apa kondisi ini (pekerjaan, bisnis, keharmonisan rumah tangga...dll) akan bertahan selamanya. Aku tidak tahu kapan segala yang kumiliki ini akan rusak atau hilang. Aku tidak tahu kapan aku akan mati. Dengan segala kemajuan iptek di segala bidang kehidupan hingga detik ini, pertanyaan-pertanyaan itu tidak terjawab.

Aku tidak tahu

Dalam ketidaktahuan orang ketakutan. Dalam ketakutan adalah alamiah orang mencari perlindungan. Tapi perlindungan seperti apa yang bisa diandalkan untuk menjamin keberhasilan? Perlindungan seperti apa yang bisa memastikan kesejahteraan hidup? Perlindungan seperti apa yang bisa mempertahankan kebahagiaan?

Karenanya tidak berlebihan kalau saya simpulkan, orang berpaling pada agama bukan karena agama adalah jalan keluarnya. Orang berpaling pada agama karena tidak ada tempat lain untuk berpaling. Karenanya jadi fenomena umum agama diposisikan sebagai jalan keluar problem duniawi.

Bhante, kenapa ya usaha saya selalu gagal?

Romo, kapan ya saya dapat jodoh?

Ramani, saya sudah lakukan segalanya kenapa ya keluarga tidak juga harmonis?

Bhante, kenapa ya saya sakit-sakitan terus ?

Ironisnya.... eh... maksud saya untungnya... berpaling pada agama ketika hidup buntu itu adalah tindakan yang tepat. Perkara niat atau maksudnya salah kaprah akan terkoreksi dengan komunikasi. Soal kekeliruan menanyakan hal duniawi pada praktisi spiritual akan selaras dengan diskusi dan bimbingan. Berpaling pada agama saat hidup buntu itu tepat karena kalau berpaling ke selain agama pasti tambah celaka. Hal selain agama seperti Narkoba, gaya hidup duniawi alternatif, menganggap hidup itu perang yang harus dimenangkan dengan membinasakan lawan - celaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun