Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Arti Tujuan Berdana yang Ideal

26 Januari 2023   05:55 Diperbarui: 26 Januari 2023   05:53 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:istockphoto.com, diolah pribadi

Saya ingin mengutarakan isi hatiku tentang makna beramal.

Kebanyakan orang menderma sesuatu, tujuannya adalah memberikan kepada orang segenggam, ingin mendapatkan imbalan sebanyak sebakul, jika memiliki pemikiran demikian maka keikhlasan hati belum terpanggil, karena masih menantikan sesuatu hal sebagai penggantinya, terkesan tidak menunjukkan kerelaan dan ketulasan hati.

Pada umumnya orang berusaha untuk menumpuk harta kekayaan, sehingga dirinya tidak leluasa dan tidak rela untuk membelanjakan lebih banyak untuk diri sendiri, bahkan tidak bisa menampakkan jiwa kerelaan untuk mengulurkan tangan sosial kepada orang lain, terkesan ia telah melecehkan dan menyusahkan diri sendiri dan telah terjadi kehilangan hak yang dimiliki pada dirinya sendiri.

Selain menyedihkan juga terjadi penyiksaan diri.

Coba kita pikirkan!

Ketika kita telah pergi dari dunia ini, dikemudian hari, anak cucu kita menjabat, memangku jabatan yang tertinggi, menjadi seorang konglomerat, atau sebaliknya mereka menjadi terlantar di pinggir jalan bahkan menjadi pengemis yang terhina, ternyata seperti apapun yang kelak terjadi pada anak cucu kita, entah yang beruntung maupun yang bernasib naas, bagi kita yang terbaring di liang lahad, sudah terputus hubungan dalam bentuk apapun, tidak mungkin bisa kita melihat, meraba, mendengar, masing masing berada pada alam yang berbeda, takkan bisa berhubungan lagi.

Sehingga akan terjadi hal penyesalan dan kesedihan yang sangat mendalam untuk kita, karena pada kesempatan masa kehidupan kita, kita tidak mau memanfaatkan kesempatan bagi diri kita sendiri untuk melakukan bakti amal sosial, melakukan kebajikan dalam masa kehidupan yang relatif singkat, ternyata kita telah memprioritaskan harta kekayaan kita untuk di wariskan kepada anak cucu, menurut logika saya, anak cucu kita merupakan orang lain, mereka sempat hidup bersama kita dalam satu keluarga untuk sementara waktu saja di dunia ini, di sebabkan karena terjadi ikatan jodoh pada masa kehidupan yang lampau antara kita dengan mereka, namun setelah kita tinggalkan dunia fana ini, maka segala ikatan atau hubungan kita dengan anak cucu sudah beralih ke hal yang lain. Masing-masing telah memiliki alamnya sendiri.

Genggamlah kesempatan pada saat kita masih bisa bernafas, gunakanlah kedua tangan dan pikiran kita untuk melakukan kebaikan,

Melakukan sesuatu hal yang semampunya kita bisa lakukan, laksanakanlah!

Mencurahkan segala tenaga kita untuk memberi manfaat kepada orang lain, agar kehidupan ini lebih bersemarak dan bercahaya.

Terutama orang yang telah memasuki usia senja, saya sendiri sudah umur 70 tahun, jika saat ini tidak merubah mindset pemikiran untuk beralih ke positif thinking maka kapan lagi akan kebagian untuk tujuan murni tersebut?

Hak kewarisan untuk anak cucu tidak perlu terlalu istimewa, perlu pikirkan untuk diri sendiri, agar memberi kesempatan pada diri sendiri untuk malakukan gerakan yang bernilai amal sosial, yang bisa seirama dengan hakekat kebenaran sesuai dengan Buddha Dharma yang sudah sering kita dengar, ketika mindset dalam benak hati telah kita revisi dan betulkan, maka nominal untuk berdana tidak akan terbeban berat dalam lubuk hati, tidak lagi memikirkan untuk menantikan imbalan dalam bentuk apapun, suasana hati penuh dengan keikhlasan tanpa pamrih, tidak ada beban dan berprilaku dengan spontan dan ikhlas.

**

Makassar, 26 January 2023
Penulis: Lukman Holy, Kompasianer Mettasik


Ketua Vihara Cakrawala Dharma Makassar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun