Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cara Aku Memperingati 1000 Hari Menjomblo

11 November 2022   04:28 Diperbarui: 11 November 2022   04:31 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara Aku Memperingati 1.000 Hari Menjomblo (gambar: flickr.com, diolah pribadi)

Pada moment itu, Nadeline yang dengerin aku mengulang semua kalimat yang dia ungkapin ke aku, mendadak condongin diri duduk dengan tegak dan tersenyum. Seakan dalam hatinya ingin bilang, "Finally, there's someone really interested about my day!"

Aku pakai momen ini untuk benar-benar tanyain satu per satu murid aku tentang hari mereka sebelum mulai pelajaran. Bel ga berasa bunyi, everyone left the class feel ease and smile. Bahkan Nadeline sebelum bubar sempet bilang, "See you next week, Ms. Enjoy your evening."

Di perjalanan pulang sekolah, aku mikirin kira-kira projek apa yah yang mau aku lakuin untuk rayain ulang tahun ke-37 nanti ya? Tebak deh, Diary Fairy!

Aku mau nulis di kolom Mettasik tentang berdana mumpung lagi bulan Kathina. Tapi Diary, dana ini ga butuh duit, butuh data quota sih. Dananya juga bukan ke Bhikkhu Sangha. Pemberiannya berupa kasih eulogi ke orang yang kita peduli dan sayangi selagi masih hidup.

Khususnya untuk orang Asia, yang ga terbiasa untuk kasih pujian, malah lebih banyak menerima kritikan. Kita pun masih sulit kasih respon balik saat menerima pujian. Sering kita tolak bahkan loh dengan kasih respon, "Ah engga koq, biasa aja."

Menurut kamu, Diary apakah hal-hal baik tentang seseorang itu diucapkan saat dia uda meninggal di peti atau pas saat masih hidup?

Kenapa sih kita manusia ini sungkan dan baru berani kasih pujian paling tulus untuk orang yang kita sayang saat mereka uda ga bisa dengar dari telinga mereka?

Aku aja mau tau loh apakah aku disayang, apakah aku berguna dan berdampak paling engga buat inner circle aku. Aku rasa jauh dari lubuk hati, manusia ingin tau bahwa hidup mereka berarti. Aku ingat banget rasanya saat temanku berhasil melewati masa kelam dan tetiba chat DM dengan pesan singkat, "Hema, I just wanna say thank you for existing. I would have jumped that day."

Cuma aku juga paham, Diary alasan kenapa orang ga mau lakuin ke orang terdekat mereka. Mungkin karena ga ada waktu, ngerasa aneh, ga terbiasa, bisa juga karena kemarahan yang belum kelar-kelar atau kurangnya kemurahan hati sama inner circle tertentu mereka. Aku bisa aja dengan mudah kasih pujian ke mamiku, ke teman-teman yang aku peduli. Kalau tiba saatnya untuk kasih pujian ke papi, disitulah aku akan seketika jadi patung.

Tapi aku bersedia mencoba deh, Diary. Aku mau berdamai dan merasakan belas kasihan untuk orang-orang terdekatku yang sering alami konflik tak berkesudahan. Untuk awal kalimat yang aku pilih kayanya ga usah lebay, puitis. I will just start simple. Yang paling krusial itu ketulusan dalam memperhatikan. Genuinely noticed that the person is exsist. Aku akan mulai dengan kalimat kaya:

  • Kamu satu-satunya orang yang aku tau bisa bikin orang ngerasa didengerin, seakan-akan dia orang yang paling penting dan kisah dia paling menarik sedunia.
  • Aku selalu ketawa happy ngakak tiap kali aku ingat kamu berani ajuin diri di kelas dengan pedenya saat kita semua lagi berusaha nundukin kepala biar ga dipilih guru killer.
  • Aku rasa nanti kamu akan tinggalin peninggalan berharga tentang hidup sehat buat lingkungan kamu melalui cara kamu jalanin sehari-hari.
  • Aku terinspirasi dari liat kebiasan kamu luangin waktu buat meditasi setiap hari. Aku juga mau punya kebiasaan kaya kamu.

Khusus untuk papiku, kayanya aku mau bilang, "Walau aku terlihat acuh ga pernah dengerin wejangan atau ajaran papi, tapi sebenernya diam-diam aku ikutin dan punya kesamaan minat dan bakat kaya papi. Dan skill itu semua yang bikin aku bisa punya pekerjaan dan komunitas yang mirip kaya papi sekarang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun