Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Diabetes Tanpa Obat, Simak Kisah Ini

4 November 2022   19:17 Diperbarui: 4 November 2022   19:20 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diabetes tanpa obat? Simak Kisah Ini (gambar: litbang.kemendagri.go.id, diolah pribadi)

Teman-teman ada yang diabetes, atau kenal orang yang diabetes?

Saya diabetes sejak Januari 2013, baru saja masuk usia 45 tahun. BB (berat badan) yang biasanya 72 kg turun drastis menjadi 63 kg. Sembilan kilogram turun tanpa disadari karena jarang timbang badan.

Biasalah, alasan sibuk dengan kerjaan. Dokter spesialis penyakit dalam yang saya temui mengatakan, "tenang saja pak diabet asal minum obat bisa dikendalikan, tapi minum obatnya sepanjang hayat."

Memang itu yang dokter ketahui sepertinya, sesuai dengan apa yang dipelajari. Oh ya, tahu berapa kadar gula darah saya saat itu? 400-an, itu sudah sangat tinggi karena normalnya GDS (gula darah sewaktu) maksimal 140 mg/dl, sedangkan GDP (gula darah puasa) maksimal 100 mg/dl. Berarti kemungkinan saya sudah menderita diabetes dari dulu (beberapa tahun sebelumnya).

Baru deh nyadar, kalo umur dah di atas 35 tahun atau selambat-lambatnya 40 tahun memang harus MCU berkala (setahun sekali). Biar tahu kalo ada pabrik gula di dalam diri, atau informasi penyakit degeneratif lainnya.

Lahir, sakit, tua, dan mati memang keniscayaan, nggak bisa ditolak. Secara teori atau kognitif sih memang tahu, tapi begitu divonis dokter terkena diabetes saya stres selama 3 hari, galau, resah.

"Kenapa saya kena diabetes? Saya kan cukup olahraga, makan cukup dijaga, koq bisa ya? Apa penyebab penyakit ini?", dan pertanyaan-pertanyaan sejenis yang mengganggu pikiran.

Hari ke-empat, setitik pencerahan muncul, saya tepok jidat, sadar bahwa harus ganti pertanyaan di kepala ini. Begitu saya ganti dengan pertanyaan, "Kalau diabetes, apa yang harus saya lakukan? Bagaimana mengendalikan penyakit ini, biar umur lebih panjang?"

Nah, dengan mengganti pertanyaan yang lebih konstruktif maka hati dan pikiran menjadi lebih tenang, baru deh stres berkurang dan harapan serta semangat muncul kembali. Yakin, pasti ada cara mengendalikan diabetes, akan saya pelajari, mungkin saya bisa menemukan cara untuk mengatasi dan bahkan menyembuhkannya.

Dokter memberi obat 4 macam, 2 untuk diabetes dan 2 untuk pengencer darah. Katanya orang DM (diabetes melitus) darahnya cenderung kental, jadi diberi pengencer darah agar tidak memberatkan kerja jantung.

Info aja ya teman-teman, di hari kedua saya telpon dokternya, karena setelah konsumsi obat sesuai anjuran, jantung malah jadi lebih berdebar-debar. Mudah berkeringat dan perut ini loh, gampang banget merasa lapar.

Tahu apa kata dokter? Obat DM yang sore hari jangan dimakan lagi. Wah, dokter kasih obat kebanyakan nih. Ya udah saya ikuti, hanya konsumsi satu jenis obat yang disarankan saja.

Di bulan ke-enam, saya membuka laman resmo obat yang saya konsumsi. Di sini saya menemukan jawaban, jelas tertulis bahwa obat ini dikonsumsi jika exercise (olahraga) dan diet yang dilakukan sudah tidak dapat mengendalikan kadar gula dalam darah.

Tapi ya teman-teman, jawaban ini diletakkan di halaman 6, halaman terakhir, alinea kedua dari akhir. Untung saya baca sampai tuntas. Dengan pemahaman baru ini maka saya putuskan tingkatkan olahraga dan atur diet makanan karbo sederhana.

Nge-gym, badminton, jogging, renang saya tingkatkan dan jaga pola makan. Alhasil GDS terkendali 110-180 (masih di bawah 200) tanpa obat. Menurut beberapa teman yang juga menderita DM, hasil saya sudah cukup bagus, karena mereka yang pakai obatpun, GDS-nya masih sering di atas 200.

Cara yang saya terapkan ini cukup efektif sampai saat pandemi. Bagaimana dengan pandemi dan setelahnya? Nanti kita sambung yach......

**

Tangerang Selatan, 04 November 2022
Penulis: Hans TW, Kompasianer Mettasik

Mencintai, Jujur, dan Bertanggung Jawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun