Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ombak Kehidupan yang Menerpa Masa

9 September 2022   19:09 Diperbarui: 9 September 2022   19:15 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ombak Kehidupan yang Menerpa Masa (gambar: dreamstime.com, diolah pribadi)

Hidup itu seperti mendayung perahu di lautan luas. Terkadang laut tenang dan semilir angin bersenandung, terkadang ombak besar pecah menerjang. Begitulah kisah hidup kebanyakan orang.

Hanya bagaimana cara kita mendayung, seberapa terampilkah kita menghadapi ombak-ombak yang datang? Selain belajar dari apa yang kita alami sendiri, ada baiknya kita juga berkaca dari pengalaman orang lain.

Kisah ini mungkin dapat juga kita ambil sebagai inspirasi.

Sebutlah ia Koko, selesai kuliah Koko menikah dan memiliki empat orang anak. Mempunyai keluarga yang solid, saling mendukung. Awalnya kehidupan Koko cukup baik, memulai karir dengan bekerja di sebuah perusahaan Farmasi. Selanjutnya ia memutuskan untuk ber wira-usaha. Dibantu Sosoh, istri yang merangkap sebagai sekretaris, sopir dan segalanya. Sosoh wanita yang lembut namun tangguh, cerdas dan cekatan.

Saat usaha nya mulai berkembang, ia berkongsi dengan seorang teman. Mulai timbul masalah, tertipu di sana-sini. Koko masih bisa bertahan dengan usahanya yang jatuh bangun, silih berganti. Inilah hidup, ketidakkekalan pikirnya.

Satu ketika badai besar datang, usahanya tertipu habis-habisan. Hutang Koko bertumpuk dimana-mana. Belasan kartu kredit macet tidak mampu dibayar. Saat itu, Sosoh sudah berhitung. Jika seluruh aset dijual pun, mereka tidak akan mampu untuk membayar seluruh hutang-hutangnya di Bank. Pikiran mulai kusut, bagaimana dengan tiga anak yang masih kuliah dan satu dengan Cerebral Palsy, berkebutuhan khusus.

Koko menyesali kebodohan dan kelalaiannya. Kecewa, kesal, geram, benci pada si penipu. Setiap hari itu dan itu saja yang ada di pikirannya. Dengan stres yang maha dasyat ini, Koko tumbang. Ia terkena serangan jantung. Untuk biaya berobat pun tidak ada cukup dana. Semua terasa buntu, seolah semua pintu tertutup. "What you resist persist". 

Bagi sebagian orang yang putus asa, mengambil jalan pintas dan lari dari kenyataan. Mengemplang untuk menutupi kebangkrutannya atau bunuh diri. Seperti lari di atas treadmill, berusaha berlari sekuat tenaga, namun semua sia-sia.  Begitu berat ombak yang harus dilalui. Sangat sulit daya pantul dari kejatuhan. Seberapa kuat kita untuk bangkit kembali ?

Bersyukur Koko dapat melewati masa kritisnya, selamat dari serangan jantung. Setelah ring terpasang, kondisi koko cukup stabil. Saya coba merayunya untuk ikut retret meditasi. Kebetulan anak pertamanya sudah pernah ikut retret dan sangat mendukung agar papanya mau ikut latihan meditasi. Kita tahu, tidak semua orang berhasil diajak memasuki wilayah-wilayah keindahan.

Untuk masuk kelas retret meditasi pun bukanlah hal yang ringan dan mudah untuk dijalani. Tiga hari pertama adalah hari yang amat berat untuk dilalui, untunglah Koko dan Sosoh dapat menyelesaikan retretnya. Mereka amat bersyukur bisa menjalani latihan meditasi yang begitu intensif dan amat sangat merasakan manfaatnya. Dengan hati yang bersyukur semua jadi berkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun