Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dirgahayu RI, Revolusi Mental, Merdeka dari Kilesa

17 Agustus 2022   07:57 Diperbarui: 17 Agustus 2022   08:00 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dirgahayu RI, Revolusi Mental, Merdeka dari Kilesa (gambar: ayosurabaya.com, diolah pribadi)

Tahun ini Indonesia tercinta berusia 77 tahun. Generasi sekarang tidak pernah merasakan susahnya hidup pada masa lalu. Hidup di bawah tekanan penjajah. Tidak bebas. Tidak bisa menentukan nasib dan masa depan sendiri. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pemimpin bangsa menandai babak baru kehidupan bangsa Indonesia. Indonesia merdeka.

Setiap tanggal 17 Agustus kita merayakan kemerdekaan untuk mengingat perjuangan pahlawan kita. Kemerdekaan yang diperoleh melalui pengorbanan jiwa dan raga para pejuang. Tak terhitung lagi berapa banyak isak tangis dan air mata yang ditumpahkan untuk mereka yang gugur dalam pertempuran.

Sebagai anak bangsa yang hidup bebas merdeka kita patut bersyukur dan menghargai jerih payah mereka. Adalah tanggung jawab kita semua bagaimana melanjutkan perjuangan mereka. Mengisi kemerdekaan dengan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kuat adil dan makmur.

Revolusi Mental

Saat ini situasi global sedang mengalami multi krisis. Setelah semua bangsa berjuang menghadapi pandemi yang terus menghantui, kini perang menyebabkan kelangkaan makanan. Mata rantai pengiriman terganggu. Ini menyebabkan harga merangkak naik dan inflasi kian meninggi. Iklim yang ekstrim dan tidak menentu menambah kelangkaan pangan. Banyak negara yang mengandalkan impor bahan pangan dan minyak mulai merasakan kesulitan.

Jauh sebelum krisis terjadi pemerintah sudah mengajak kita melakukan revolusi mental. Yaitu melakukan perubahan cara berpikir dan berperilaku. Tantangan dan kesulitan tidak dapat lagi diselesaikan dengan paradigma lama. Kita harus cepat mennyesuaikan diri menghadapi situasi dan kondisi yang berubah cepat.

Mereka yang tidak mau berubah akan menjadi bagian masa lalu. Yang bisa bertahan bukan yang terkuat, tetapi yang bisa cepat menyesuaikan diri. Revolusi mental menjadi sangat relevan dalam kondisi sekarang.

Belum Merdeka

Apabila kita gali lebih lanjut. Merdeka seutuhnya bukan hanya merdeka secara fisik bebas dari penjajahan. Selama kita masih dijajah oleh kotoran batin kita atau kilesa, kita belum menjadi orang merdeka yang sepenuhnya. Perilaku dan perasaan kita dikendalikan dan diatur oleh kilesa. Kilesa dapat muncul dalam berbagai bentuk. Misalnya perasaan malas, bosan, dan sederet perasaan negatif lainnya. Inilah pertempuran sepanjang hidup kita yang perlu dimenangkan.

Apa saja kilesa yang menghambat kita menjadi manusia merdeka seutuhnya? Ini dia sepuluh biang keroknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun