Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Suatu Hari Ibuku Bercerita, tentang Bagaimana Aku Dilahirkan

6 Juni 2022   06:17 Diperbarui: 6 Juni 2022   06:38 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suatu Hari Ibuku Bercerita tentang Bagaimana Aku Dilahirkan (gambar: todaysparent.com, diolah pribadi)

Pada suatu hari ibuku bercerita, tentang serunya proses kelahiranku kedunia Saat itu tanggal enam Juni tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh dua. Di Pulau Dewata, jauh di sebuah dusun kecil di balik bukit Lesung dekat danau Tamblingan

Dalam remang cahaya lampu senter berkelip kelip oleh tiupan angin menjelang pagi yang dingin. Ibuku menanggung rasa sakit berjuta ribu, tanpa bidan, apalagi dokter. Ia hanya berdua dengan ayahku, sementara ke empat kakakku masih lelap dalam peluk subuh dibalik selimut penghangat tubuh. Berlindung dari dinginnya kabut desa kami.

Ibuku sungguh luar biasa bertaruh nyawa dengan peralatan seadanya. Kala itu gubuk kami sangat jauh dari tetangga, terlebih untuk berjumpa tenaga medis, ya mesti ke lain desa atau kota untuk mencapainya.

Itupun harus berjalan kaki naik turun bukit, menguras tenaga juga tentu butuh waktu yang lumayan lama. Janganlah bermimpi tentang kendaraan bermotor, belum banyak di sana saat itu. Paling sesekali naik kuda, itu lagi kalau punya.

Sementara barangkali aku sudah tak mau bersabar untuk melihat dunia.

Singkat cerita ibuku berjuang dengan segala upaya. Selang beberapa waktu diriku menjerit menatap dunia, mencari hangat di belaian lembut peluk ibuku. Sementara ayahku mempersiapkan air hangat untuk membersihkan tubuh mungil aku dan ibuku

Berbarengan dengan aku lahir, ayahku tergopoh menengok dari dapur menuju ruangan dimana aku disalinkan. Sesaat setelah aku dibungkus kain, ayahku harus ke kandang belakang menolong sapi dan kuda, yang beberapa saat kemudian menyusul melahirkan. Bisakah terbayang betapa repotnya ayah dan ibu saat itu.

Dari cerita mereka, kelahiranku sangat seru. Apalagi pas berdekatan dengan Hari Raya Galungan menuju Kuningan. Tak terbayang betapa lelahnya mereka berdua, untungnya ibuku adalah seorang wanita sangat hebat. Ibuku selalu belajar dari pengalamannya dan tidak pernah menyerah.

Yang membuatku terkagum-kagum, ibuku bisa juga lho membantu persalinan tetangga. Keahlian itu tidak ia dapatkan dari pendidikan formal. Beliau belajar secara singkat, semasa suasana negeri ini masih di bawah penjajahan orang luar sana katanya.

Yang aku salut, ibuku bisa membantu persalinannya sendiri. Haduhhh gak kebayang bagaimana kuat dan hebatnya. Aku saja yang sudah dibantu dokter pada saat melahirkan anak pertamaku, masih tidak berdaya. Peralatan canggih di rumah sakit, tetap saja membuatku tak bisa berbuat apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun