Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Renungan Waisak: Perlindungan vs Penjara Kehidupan

15 Mei 2022   05:57 Diperbarui: 15 Mei 2022   19:59 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Renungan Waisak: Perlindungan vs Penjara Kehidupan (gambar: npr.org, diolah pribadi)

Saya ingat waktu masih kecil, berangan-angan ingin seperti orang dewasa. Melalui kacamata anak-anak, saya melihat orang dewasa bisa bebas melakukan apa saja. Bisa keluar dan pulang ke rumah kapan saja, bisa pergi kemana saja, tidak diatur-atur oleh orang tua "tidak boleh ini, bolehnya itu".

Lalu, saya merenungkan kembali perjalanan hidup ini.

Normalnya sejak janin kita selalu berada dalam perlindungan. Berada di dalam perut ibu adalah perlindungan pertama. Setelah sang janin membesar perut ibu sudah tidak muat lagi, sehingga timbullah ketidaknyamanan. Perut yang tadinya sebagai pelindung, mulai dirasakan sebagai pembatas gerak-gerik sang janin.

Setelah sang bayi lahir diletakkanlah ia di dalam tempat tidur berpagar. Agar bisa terlindung sehingga tidak terjatuh. Seiring bertambahnya usia, tubuh sang bayi semakin membesar, dan tempat tidur tersebut pun menjadi sempit baginya. Timbul keinginan untuk keluar dari tempat tidur yang awalnya untuk melindunginya.

Setelah tumbuh sebagai remaja dan dewasa, sosok kita berada dalam perlindungan rumah agar tidak kehujanan, kepanasan, virus, polusi dan sejenisnya. Namun di masa pandemi ini banyak yang stress karena di rumah saja.

Ketika keluar rumah dan berkendara, kita sudah berhadapan dengan berbagai aturan perlindungan. Seperti mengenakan helm jika mengendarai motor, mengenakan sabuk pengaman jika mengendarai mobil, dan berbagai aturan lalu lintas lainnya.

Dari sini kita dapat melihat, manusia senantiasa tetap merasa dirinya terpenjara meskipun:

  • Sudah kaya secara materi.
  • Punya keluarga yang lengkap
  • Punya fisik yang lengkap
  • Punya kedudukan yang diidamkan banyak orang

Jadi apakah perlindungan adalah penjara? Atau penjara sebenarnya untuk melindungi?

Banyak yang berpikir bahwa setelah dirinya besar ia bisa bebas berbuat apa saja. Jadi, apakah yang dimaksud bebas itu?

Apakah mungkin hidup tanpa merasa terpenjara? tetap bebas beraktivitas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun