Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasi Sudah Jadi Bubur, dan Bubur Itu Enak

4 Mei 2022   07:43 Diperbarui: 4 Mei 2022   07:56 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Sudah jadi Bubur, dan Bubur itu Enak (gambar: cookpad.com, diolah pribadi)

Apa yang tidak berubah di dunia ini? Adakah? Dulu kita adalah seorang bayi yang tumbuh menjadi seorang anak, kemudian remaja, lalu dewasa dan menuju usia lebih senior. Kulit yang tadinya segar perlahan, namun pasti mulai menunjukkan kekeriputannya.

Saat masih bayi, kita belum memiliki gigi, tapi kemudian tumbuh beberapa, dan semakin banyak. Seiring berjalannya usia si gigi, satu persatu mengalami tanggal lalu ompong lagi. Meski tidak dibleaching atau highlight, warna perak di rambut mulai nenunjukkan taringnya. Ini adalah perubahan.

Di rumah, kami memiliki beberapa tanaman yang berawal dari sebuah bibit kecil. Lalu karena kondisinya tepat, dia tumbuh menjadi sebuah tunas. Kian hari bertambah besar, menjadi sebuah pohon. Atau mungkin karena gagal tumbuh, bibit menjadi busuk, dan terurai kembali dalam tanah.  Ini juga perubahan.

Lalu misalnya saja tadi pagi cuaca cukup cerah, namun tiba-tiba langit menjadi mendung karena tertutup awan gelap. Tak lama hujan deras tumpah membasahi tanah. Selang beberapa saat cuaca kembali menjadi terik.

Atau mungkin kita pernah memiliki pakaian yang awalnya berwarna menarik. Kemudian karena sering dipakai, warnanya menjadi pudar. Bahkan karena tidak pernah dipakai dan tersimpan lama, jadi timbul bercak kuning, lalu lapuk.

Seseorang tampak sehat, namun tiba-tiba mendapat kabar dia jatuh sakit. Bahkan anak gunung Krakatau yang belakangan ini terbatuk-batuk, sebelumnya sebuah anak yang tampak baik.  Dalam satu hari pikiran kita pun berubah entah berapa kali. Dari mulai memikirkan pekerjaan, masak apa hari ini, mau kemana besok, dan masih banyak lagi. Ini pun merupakan perubahan.

Demikian halnya dengan perasaan kita. Sekarang kita merasa bahagia, menit berikutnya bisa saja kesedihan datang menyapa. Kemarin kita dipuja puji, tapi karena suatu hal kita mungkin bisa jadi celaan orang. Bulan ini kita mendapat untung, padahal sebelumnya kita mengalami kerugian. 

Hari ini kita memiliki harta kekayaan, namun jika tidak mampu menjaganya dengan bijak, maka kelak bisa menjadi sebuah ancaman kemiskinan. Atau sebaliknya, mungkin hari ini kita belum memiliki cukup rejeki. Tapi dengan kerja keras dan pantang menyerah serta didukung oleh kebaikan-kebaikan, kesuksesan bisa kita raih.

Jadi adakah yang tidak berubah? Semua pasti berubah. Tergantung bagaimana sikap kita menghadapi perubahan-perubahan itu.

Hidup bak sebuah perjalanan dengan banyak pemandangan silih berganti. Kala mengalami penderitaan, dengan memahami hukum perubahan setidaknya kita tidak semakin terpuruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun