Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akhirnya Kita Hidup Seorang Diri

29 November 2021   05:28 Diperbarui: 29 November 2021   06:49 1454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi, ketika bangun, kaki saya terasa tidak nyaman. Lutut sakit, sulit ditekuk. Rasanya hanya kaku. Keseluruhan kaki terasa berat. Kalau dipijat, tidak ada rasa nyeri. Ditepok pun, tidak ada rasa sakit

Cukup merepotkan. Akibatnya, saya kesulitan untuk melangkah. Tidak bisa berjalan normal, apalagi berlari. Untuk menyelesaikan urusan pribadi di kamar mandi, juga mengalami kesulitan. Tidak bisa duduk dalam posisi yang wajar.

Di rumah memang ada orang lain yang bisa membantu dalam urusan lain. Membantu menyiapkan makanan dan minuman. Mungkin menyiapkan obat-obatan. Membantu mengkompres dengan arak atau obat lainnya. Namun hanya sebatas itu saja.

Saya tidak bisa berbagi kaki bengkak tersebut kepada orang lain, bahkan kepada keluarga yang katanya selalu sayang. Tidak bisa berbagi kepada pasangang hidup yang katanya setiap sehidup semati, berbagi dalam suka dan duka. Hanya saya sendiri yang mengalami rasa sakit dan menjalani rasa sakit itu.

Ketika kawan saya kena Covid-19, tidak ada orang yang berani mendekat. Saya pun tidak berani berkunjung. Dia dirawat di rumah sakit. Tidak ada orang yang berani datang untuk membesuk. Dokter dan perawat pun mengenakan pakaian lengkap.

Kawan saya tidak bisa berbagi rasa sakit, rasa tidak nyaman yang dimiliki. Dia harus "menikmati' sendiri." Dia menjalani sendiri semuanya, mengikuti aturan yang ada, menjalani perawatan, minum obat. Syukur, akhirnya dia sembuh.

Saya yakin semua orang akan mengalami hal yang sama. Jangankan untuk sakit yang berat, sakit ringan pun tidak bisa dibagikan. Kita tidak bisa membagi rasa meriang, deman yang ada kepada orang lain di rumah. Tidak ada teman yang bersedia diajak berbagi.

Bagaimana dengan rasa bahagia, rasa senang, keberuntungan?

Misalnya saat kita berulang tahun. Keluarga dan teman-teman mengirim ucapan selamat, kue ulang tahun, atau hadiah lainnya. Mungkin kita pergi makan-makan ke rumah makan pilihan. Setahun sekali. Rasanya kita sudah berbagi kebahagiaan kepada orang lain. Mereka semua ikut bahagia.

Namun dalam kenyatan belum tentu seperti yang kita pikirkan. Kebahagiaan yang kita rasakan belum tentu sama dengan rasa bahagia dari mereka. Kadarnya jelas berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun