Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyiasati Kebenaran dengan Kebenaran

28 November 2021   09:43 Diperbarui: 28 November 2021   09:44 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyiasati Kebenaran dengan Kebenaran (ilustrasi pribadi)

Ketidakkekalan akan berjalan sesuai prosesnya, tidak ada yang dapat mengendalikan. Seseorang yang terlahir akan tiba waktunya ia akan tua, tidak ada orang di bumi ini dari dahulu, sekarang dan akan datang dapat selalu muda, semua akan tua dan akhirnya mati, tidak ada yang dapat menghentikan ketidakkekalan.

Apapun yang kita anggap miliki kita, tidak dapat dikatakan milik kita, karena tidak dapat dikendalikan, selalu berubah, cepat atau lambat semuanya akan berakhir. Ketika sirna, apa yang dapat dikatakan milik sudah tidak ada.

Tidak ada satupun yang dapat dikatakan ini milikku, ini diriku, ini aku. Karena semua yang ada suatu saat akan berlalu.

Bagaimana kita dapat mengatakan tubuh ini milik kita, jika tidak dapat memerintahkan: "Hai tubuh agar selalu sehat dan kuat". Bagaimana kita dapat mengatakan ini perasaanku, jika tidak dapat memerintahkan: "Hai perasaan kita agar selalu tenang dan bahagia".

Semua akan mengalami ketidakkekalan, tidak memuaskan, tidak dapat dijadikan ini milikku, ini diriku, ini aku.

Sebuah kebenaran yang pahit, yang harus dialami setiap manusia, walaupun ia tidak menyadarinya.

Menentang kebenaran

Ketika orang yang disayangi berpisah dari kita, mungkin karena kematian atau alasan lainnya, membuat kita kecewa, sedih, nestapa, mungkin depresi. Semua nestapa ini hanya karena tidak mau menerima kebenaran, tidak mau menerima kenyataan bahwa segala sesuatu yang muncul pasti akan berlalu. Menentangnya hanyalah membawa nestapa.

Jika menganggap anaknya adalah milik, maka ketika anak tidak mau diatur, timbul nestapa. Bagaimana dapat mengendalikan anaknya, diri sendiri tidak dapat mengendalikan perasaannya.

Menyiasati kebenaran dengan kebenaran

Kebenaran tidak peduli apakah kita menerima atau tidak. Jika tidak menerimanya, diri sendiri yang menderita, menentangnya hanyalah perjuangan yang sia-sia.

Langkah terbaik menghadapi kebenaran adalah menerima apa adanya.

Yang buruk berubah dapat menjadi baik, demikian juga yang baik dapat menjadi buruk. Semua berproses sesuai dengan kebenaran, ketidakkekalan. Ketika yang buruk menjadi baik tidak perlu bereuforia, karena suatu saat akan berakhir juga. Demikian ketika yang baik menjadi buruk, tidak perlu bersedih karena demikianlah ketidakkekalan berproses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun