Mohon tunggu...
grover rondonuwu
grover rondonuwu Mohon Tunggu... Buruh - Aku suka menelusuri hal-hal yang tersembunyi

pria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Runner-Up itu Bukan Pecundang

24 April 2019   22:00 Diperbarui: 24 April 2019   22:36 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belanda tiga kali tampil sebagai Runner up piala dunia sepak bola. Pertama, kalah melawan Jerman pada tahun 1974. Kedua, kalah melawan Argentina pada tahun 1978, Ketiga, kalah melawan Spanyol pada tahun 2010 di Afrika selatan.

Walaupun tidak peernah menjadi juara dunia, hanya runner up, tapi Belanda tetap dikagumi dunia termasuk penonton diIndonesia. Padahal Belanda pernah menjajah Indonesia,tapi pengagum tim Belanda paling banyak justru datang dari Indonesia negara bekas jajahannya. Mengapa?

Karena permainan tim Belanda itu indah. Tim Belanda menjunjung  sportifitas tinggi. Orang Indonesia senang pada permainan yang indah dan menjunjung sportifitas.

Indah itu artinya enak dipandang mata, lagi pula menimbulkan rasa kagum. Seperti memandang lukisan Rembrandt atau taman bunga Tulip.

Sportifitas itu artinya fair, ikuti rambu-rambu permainan, dan  saat kalah mengakui kekalahan, tidak mencari kambing hitam atau menuduh pihak-pihak lain sebagai penyebab kekalahannya. 

Menjunjung sportifitas juga berarti  respek terhadap lawan, menghormati  yang menang, dan terutama memandang lawan sebagai teman, bukan musuh.

Grand master Viktor Korchnoi adalah pecatur Swiss asal Rusia  yang tangguh. Dia dua kali menantang GM Anatoly Karpov  dari Rusia dalam kejuaraan dunia pada tahun 1978 dan 1981, tapi dia kalah.

Walaupun Korchnoi kalah 2 kali, tapi penggemar catur dunia tetap mengaguminya. Anatoly Karpov rival abadinya itu, juga mengagumi dan salut kepadanya. Korchnoi sangat memahami teori catur, permainannya tajam,  dia juga sangat ulet.

Vicktor Korchnoi punya banyak pengagum di Indonesia. Banyak orang Indonesia menjadikannya sebagai panutan, karena kegigihannya dan rationalismenya. Gigih artinya berjuang keras. Rational artinya langkah-langkahnya logis. 

Memang orang Indonesia suka pada hal-hal patriotis tapi rational. Artinya gagasan perlu diperjuangkan mati-matian tapi toh mengakui keterbatasan. Jika gagasan sudah diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, tapi pada  tapi kenyataannya kalah, maka kekalahan itu mesti diakui.

Pemain catur tahu apa arti kekalahan. Kadang buah catur  masih banyak diatas papan,ancaman langsung pada raja belum kelihatan, tapi  dia sudah mengaku kalah. Mengapa? Karena secara rational partai tidak mungkin akan menang.  Lebih baik mengakui kemenangan lawan supaya tidak membuang-buang waktu dan energi percuma.

Banyak orang terobsesi menjadi nomor satu. Ketika akhirnya mencapai nomor dua, mereka kecewa. Seolah-olah waktu berhenti dan dunia akan runtuh pada esok hari. Padahal runner up itu pencapaian prestasi puncak.  Hanya sedikit orang yang bisa meraih runner up.

Runner up itu bukan pecundang, bukan pihak yang kalah. Runner up itu "Pemenang" kedua.

Mencapai posisi Runner up dengan  bermain cantik,sportive dan rational,  akan dikenang orang banyak, akan dicatat oleh sejarah dengan tinta emas. Permainannya akan menjadi inspirasi, akan ditiru dan dikembangkan oleh generasi berikut.

Seperti tim sepak bola Belanda. Seperti Grand master Vicktor Korchnoi. Mereka bukan orang-orang yang kalah. Mereka adalah pemenang yang sebenarnya. Karena pemenang itu tidak mesti bermahkota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun