Tepat hari ini Karl Marx berusia 200 tahun. Marx lahir di kota Trier 5. Mai 1818. Kota Trier terletak disebelah Barat Daya Jerman, berbatasan dengan Perancis dan Luxemburg.
Di Jerman perayaan ulang tahun Karl Marx dirayakan dengan rupa-rupa acara. Seminar-seminar, pameran-pameran, konser-konser musik, pemutaran filem dokumentasi tentang Marx pada beberapa station TV dan pementasan teater.Â
Hal yang menarik dan merupakan puncak dalam rangka Jubelium  itu, adalah diresmikannya sebuah patung Karl Marx  yang terbuat dari perunggu, tinggi  4,40 meter dan berbobot 2,3 ton karya seniman Wishan Su.Hadiah dari pemerintah Cina.  Patung itu  berdiri megah ditengah kota Trier berhadapan dengan Katedral St. Petrus yang agung.
Tentu saja merayakan dan menghormati seorang tokoh anti kapitalismus di sebuah negara kapitalismus seperti Jerman adalah paradoks. Tapi itulah kenyataannya. Sejarah membuktikan, bahwa  teori Karl Marx ternyata banyak benarnya,  dan terutama  relevan dengan sistim kapitalismus itu.
Marx Merubah Wajah Kapitalismus
Buku Das Kapital adalah sebuah karya monumental Karl Marx.  Membahasnya tentu butuh halaman panjang.  Disini saya hanya fokus pada   teori Mehrwert ( Inggris: surplus value).  Saya akan menjelaskan bagaimana hubungan antara Pekerja dan Pemberi Kerja berdasarkan  teori ini  dalam konteks Jerman. Saya juga akan membandingkan teori Mehrwert ini dengan konteks Indonesia. Sebagai refleksi Hari Buruh Internasional.
Menurut Karl Marx, Kapitalis mengeruk keuntungan atau mendapat nilai tambah melalui selisih dari upah Pekerja. Kongkritnya begini: Â Upah mestinya 10 rupiah perjam, tapi yang diberikan hanya 4 atau 5 rupiah saja. Jadi kapitalis meraup untung 50 - 60% dari Pekerja.Â
Kapitalis menjadi kaya karena mencuri upah pekerja. Bayangkan jika Pekerjanya ada ribuan. Berapa banyak kekayaan yang ditumpuk dari hasil mencuri upah Pekerja itu. Jadi yang sebenarnya terjadi adalah, kapitalis merampas pendapatan yang mestinya menjadi hak Pekerja.
Kekayaan  besar  hasil curian itu kemudian disebut sebagai "Modal".  Modal itu lalu dipakai lagi untuk membeli tanah, mesin-mesin dan tenaga kerja. Begitu terus menerus, sampai kekayaan semakin membengkak dan menumpuk pada hanya pada segelintir orang. Mekanisme beginilah yang melahirkan orang-orang super kaya (konglomerat).
Pertanyaan disini mengapa Pekerja menerima saja upah 4 atau 5 rupiah. Ini disebabkan karena Pekerja tidak berdaya. Posisi mereka dalam hirarki sosial rendah dan  dihadapan hukum lemah. Mereka tidak punya pilihan lain, mereka harus bekerja untuk menyambung hidup. Sementara Pemberi Kerja punya power besar, lantaran mereka punya modal dan mereka bekerjasama dengan penguasa.
Kelompok Pemberi Kerja  disatu pihak  dan kelompok Pekerja  dilain pihak, itulah yang disebutnya kelas sosial. Pemberi Kerja disebut Kelas "Bourjuis" dan Kelompok Pekerja disebut Kelas Proletar.