Mohon tunggu...
Anggun Gunawan
Anggun Gunawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

seorang pemuda biasa (http://grepublishing.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jalan Idealis Revrisond Baswir

28 April 2012   05:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:00 1794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kuliah di USA tidak membuatnya kemudian bergabung dengan barisan Mafia Berkeley. Sepulang dari Amerika, malah membuat beliau semakin akrab dengan Prof. Mubyarto dan tertarik mendalami konsep ekonomi Hatta. Buku-buku Hatta beliau buru. Tidak di toko-toko keren di seputaran Jogja, tapi di toko-toko buku loak.

Kekaguman kepada Hatta mengantarkan Bang Soni masyuk dengan "Sejarah Ekonomi Indonesia" yang berbeda dengan jabatannya sebagai dosen Akuntansi. Semakin mempelajari, semakin beliau tersadar bahwa pergantian rezim Soekarno bukan karena peristiwa G30S PKI semata, tetapi lebih disebabkan, Soekarno sudah tidak bisa diajak kompromi lagi oleh AS. Maka tak salah setelah Soeharto berkuasa, kontrak karya dengan perusahaan asing diperpanjang secara besar-besaran.

Di saat koleganya di UGM berbondong-bondong meneruskan S3 ke AS, Bang Soni malah memilih S3 ke Universitas Airlangga. Padahal, MBA di Michigan sudah menjadi modal untuk lanjut S3 ke luar negeri. Rasanya, tidak mau di-brainwashing-lah yang menjadi alasan terkuat.

Banyak para aktivis yang berubah haluan pasca wisuda. Ketika godaan untuk bekerja di tempat yang mampu memberikan gaji besar, dengan antusias mereka mengirimkan lamaran ke perusahaan-perusahaan multinasional yang telah mengeruk kekayaan negeri ini dengan sangat rakus. Mereka tak peduli lagi dengan nasionalisme. Yang penting, bagaimana bisa dapat gaji gede, bisa beli rumah, mobil, dan hidup senang dengan istri yang cantik. Selesai. Syukur-syukur nanti bisa nanti haji setelah memasuki 5 tahun masa kerja.

Tapi tidak bagi Bang Soni. Lebih baik gaji kecil sebagai dosen, daripada harus menggadaikan idealisme. "Ketika kita sudah berkompromi dengan kapitalis, saat itulah perjuangan finish."

Bang Soni percaya bahwa rizki, jodoh, dan maut sudah diatur oleh Tuhan. Kenapa harus khawatir dengan masa depan? Tak alasan untuk berpindah haluan, hanya karena takut miskin, disomasi ataupun dikucilkan dari pergaulan.

Keteguhan hati Bang Soni tentu tak lepas dari peran sang Istri. Gadis yang membuatnya jatuh hati ketika kuliah itu, sudah tak ambil pusing dengan permusuhan banyak orang yang tidak suka dengan omongan dan tulisan Bang Soni. Bukan tipe istri materialis yang merengek kepada suaminya untuk dibelikan barang-barang mewah ini dan itu.

Maka tak salah dari pasangan ini lahir anak-anak pemberani. Diceritakan oleh Prof. Siti Muslimah (Petinggi di Majelis Guru Besar UGM), putri sulung Bang Soni (yang kebetulan satu kelas dengan putra Prof. Siti) ketika ada guru yang overacting dengan cerita gelang baru, sepatu baru, tas baru, langsung membuat gaduh di kelas sebagai tanda protes ketidaksukaan atas kesombongan yang dipertontonan. Sang Guru tak mampu berbuat apa-apa karena putri Bang Soni memang anak yang pintar dan dikagumi oleh banyak guru karena keberaniannya mengemukakan sesuatu yang sebenarnya tak pantas diperbuat oleh seorang guru.

Setahuku, Bang Soni bukanlah orang-orang yang alim-alim banget. Tapi, aku merasa pemahaman Islam beliau lebih hebat dibandingkan dari beberapa ustadz yang berbusa-busa mulutnya menyampaikan Qur'an dan Hadist, tapi tak pernah mengajari muridnya realita ketidakadilan yang sangat nyata terpampang di depan mata. Mereka teriakan al wala' wal bara'. Tetapi, turut senang ketika murid-muridnya bekerja di perusahaan kapitalistik yang telah merampok kekayaan negeri ini...

Terus berjuang Bang Soni... Izinkan aku menjadi masuk dalam barisan perjuanganmu... Demi sebuah cita-cita yang diteriakan oleh Tan Malaka... Indonesia Merdeka Seutuhnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun