Kompasiana - Serie A musim ini menyajikan tontonan yang mendebarkan hingga pekan-pekan terakhir. Duel sengit antara Napoli dan Inter Milan di puncak klasemen menjadi satu-satunya persaingan gelar juara yang masih hidup di antara liga-liga elit Eropa.Â
Inter Milan, dengan kesuksesan lain menjadi finalis Liga Champions, menunjukkan kedalaman skuadnya dengan meraih kemenangan 2-0 atas Torino meski menurunkan banyak pemain lapis kedua.Â
Namun, nasib kurang mujur menimpa Napoli. Keunggulan tiga poin yang sempat mereka genggam sirna setelah ditahan imbang 2-2 oleh Genoa di kandang sendiri.Â
Istilah "panik ga, panik ga, ya panik lah masa nggak" seolah menjadi representasi situasi yang dihadapi Antonio Conte. Meskipun target awal musim bukanlah Scudetto, memimpin klasemen hingga giornata 36 jelas mengubah ekspektasi.Â
Kini dengan keunggulan hanya satu poin, Conte dan para pemain rekrutan anyarnya harus membuktikan mental juara mereka di sisa dua pertandingan krusial.
Apakah ketenangan Conte di depan media benar-benar mencerminkan kondisi internal tim, ataukah kepanikan mulai menyelimuti tim yang bermarkas di Stadio Diego Maradona?
Efektivitas Lapis Kedua Inter dan Kesalahan Fatal Napoli
Inter Milan menunjukkan kelasnya sebagai tim yang solid dan memiliki kedalaman skuad mumpuni. Melawat ke markas Torino dengan banyak pemain utama diistirahatkan usai semifinal Liga Champions melawan Barcelona, Nerazzurri tetap mampu meraih kemenangan meyakinkan 2-0.Â
Kendati mendapat gempuran bertubi-tubi dari Il Toro, Inter tampil efektif dalam memanfaatkan peluang. Nicola Zelewski membuka skor di babak pertama, disusul gol penalti Kristjan Asllani di babak kedua yang memastikan tiga poin bagi sang juara bertahan.
Kemenangan ini menjadi bukti bahwa Simone Inzaghi berhasil membangun tim yang tidak hanya mengandalkan sebelas pemain inti.
Sementara itu, Napoli harus menelan pil pahit di hadapan pendukung sendiri. Dua kali unggul melalui gol Romelu Lukaku dan Giacomo Raspadori, dua kali pula gawang mereka kebobolan oleh Genoa.Â