Gereja St. Fransiskus Asisi di Gako, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, berdiri dengan arsitektur unik yang memikat mata. Di seberangnya terdapat hamparan sawah yang indah dengan konsep terasering yang menghadap ke Timur.
Tahun ini, di tengah persiapan pembangunan diorama Jalan Salib Yesus yang terdiri dari empat belas perhentian, Pastor Kepala Paroki, Longginus, mengundang partisipasi umat untuk menyumbangkan sesuatu yang berkesan.
Bapak Tan, seorang perantau asal Medan yang sukses dalam bisnis penambangan di Flores, menawarkan bantuan tak terduga: sebuah patung Yesus Wafat di Salib berukuran raksasa, menjulang setinggi tiga meter.Â
Pastor Longginus tentu saja menyambut uluran tangan ini dengan sukacita, berencana menempatkan patung megah itu tepat di perhentian kedua belas.Â
Enam bulan berlalu, diorama Jalan Salib rampung dan dibuka untuk khalayak.
Minggu pertama berjalan khidmat tanpa keanehan. Namun, ketenangan itu terusik di Jumat pertama Masa Prapaskah, tepat dua minggu setelah peresmian.
Sekelompok pemuda yang mengadakan ibadah Jalan Salib tengah malam dikejutkan oleh kesurupan salah satu rekan mereka, Yosua, tepat di depan patung Yesus yang mulai menjadi buah bibir di seantero Pulau Flores.
Bayangan di Foto dan Gumaman Bahasa Asing
Nirmala, sahabat dekat Yosua yang menyaksikan kejadian mengerikan itu, menceritakan kepada Pastor Longginus bahwa sebelum kesurupan, ia sempat mengabadikan momen Yosua berpose di depan patung Yesus.Â
Ketika foto itu ditunjukkan, Pastor Longginus terkejut mendapati bayangan samar di belakang Yosua, menyerupai siluet seorang prajurit perang China klasik dalam posisi menyamping.Â
Tak ingin menimbulkan kepanikan, Pastor Longginus segera membubarkan kelompok pemuda itu, menyisakan Nirmala, Dokter Rudi (seorang dokter PPDS yang bertugas di puskesmas terdekat dan kebetulan ikut dalam rombongan), serta Yosua yang masih kejang-kejang, melontarkan kata-kata dalam bahasa yang asing di telinga mereka.Â