Kompasiana - Bosan dengan film-film sejarah Amerika Serikat, Eropa Barat, ataupun China? Maka film William Tell (2024) bisa menjadi sebuah tontonan yang menarik sekaligus mengguggah. Berlatar Eropa Tengah abad ke-14, film ini mencoba menarasikan bagaimana pentingnya sosok William Tell bagi Bangsa Swiss di tengah tirani Kerajaan Austria.
Sosok legenda William Tell atau Wilhelm Tell, kembali dihidupkan sutadara Nick Hamm dalam naungan rumah produksi Free Turn, Tempo Productions, dan Beta Cinema secara apik dalam durasi 2 jam 13 menit.
Dibintangi oleh Claes Bang, film ini mengisahkan tentang seorang pemanah ulung yang terpaksa mengangkat senjata untuk melindungi keluarganya dan tanah airnya. William Tell (2024) menjanjikan sebuah epik sejarah yang dipenuhi dengan aksi, drama, dan perjuangan untuk kebebasan yang solid.Â
Di balik heroisme dan adegan ikonik menembak apel, film ini juga mengeksplorasi ikatan keluarga yang kuat, dan bagaimana cinta seorang ayah dapat menjadi sumber keberanian dalam melawan tirani. Meskipun dendam menjadi pelecut keberniannya, tapi sosok Tell yang "memberi contoh lewat perbuatan", cepat mendapat hati banyak orang, termasuk dari pihak dalam kerajaan.
Ketika Keluarga di Bawah Ancaman Tirani
Film ini cocok bagi awam, yang memperkenalkan kita kepada William Tell (Claes Bang) sebagai seorang mantan prajurit Perang Salib / Templar yang kini hidup damai sebagai petani dan pemburu bersama istrinya, Suna (Golshifteh Farahani), dan putranya, Will (Tobias Jowett).Â
Namun, kedamaian mereka terancam oleh kekejaman seorang vogt Austria bernama Gessler (Connor Swindells), yang menerapkan aturan tirani dan menindas rakyat Swiss. Ini awalnya berkebalikan dengan pandangan King Albert (Ben Kingsley), tetapi sebuah pembunuhan pemungut pajak oleh warga Swiss bernama Baumgarten (Sam Keeley) menjadi turning-point nya.
Film ini menyoroti kedekatan Tell dengan keluarganya sebagai motivasi utama seluruh tindakannya. Ketika Tell menolak untuk memberi hormat pada topi Gessler, ia ditangkap, dan Gessler menggunakan putranya sebagai alat pemaksaan dalam tantangan menembak apel.Â
Adegan ini tidak hanya menegangkan secara visual tetapi juga sarat emosi, menunjukkan betapa besar cinta dan keberanian Tell untuk melindungi putranya. Keberhasilannya menembak apel menjadi simbol pembangkangan terhadap tirani dan menginspirasi orang lain untuk melawan.Â
Berikutnya bisa ditebak, Gessler yang sangat maniak tidak menepati janji yang sudah terucap. Akhirnya, Tell dan istrinya, Suna, membentuk koalisi dengan beberapa sahabat untuk mendukung perjuangannya dalam menghadapi penindasan.
Ayah, Pahlawan, dan Panah Sebagai Simbol Perlawanan
William Tell (2024) menggambarkan bagaimana sosok yang bertranformasi dalam hidupnya karena ceinta, menjadi seorang ayah yang melindungi keluarganya menjadi simbol perlawanan bagi seluruh rakyat Swiss.Â