Dalam lanskap dunia digital yang terus berkembang, "menjadi viral" seperti telah menjadi tujuan utama bagi brand, kreator, dan individu yang ingin mendapatkan visibilitas massal.
Konten viral baik itu tweet, video, meme, atau artikel mampu menyebar seperti api, menjangkau audiens jauh melampaui target awalnya. Meskipun begitu, apa yang membuat beberapa konten menjadi viral sementara yang lain bisa cepat menghilang dalam kehampaan digital?
Meskipun terdapat pola umum dalam sebuah algoritma, viralitas tetap merupakan campuran dari strategi, psikologi, dan terkadang keberuntungan belaka.
Resonansi Emosional
Salah satu faktor paling signifikan dalam viralitas adalah resonansi emosional. Suatu konten yang mampu membangkitkan emosi yang kuat entah kegembiraan, kekaguman, kemarahan, atau keterkejutan akan cenderung berkinerja viral lebih baik.
Secara mendasar, manusia adalah makhluk emosional, dan kita pun sering berbagi hal-hal yang mencerminkan perasaan kita. Menurut Jonah Berger, penulis Contagious: Why Things Catch On, gairah emosional meningkatkan kemungkinan untuk dapat berbagi.
Sebuah kisah bertahan hidup yang menyentuh, sandiwara yang lucu, atau opini yang keterlaluan semuanya dapat memicu dorongan untuk menekan rasa "berbagi" baik secara positif maupun negatif.
Daya Keterkaitan
Daya keterkaitan secara mendasar juga memainkan peran penting. Orang-orang akan tertarik pada konten yang mencerminkan pengalaman atau identitas sosial budaya mereka sendiri.
Meme tentang kehidupan mahasiswa, video yang memperlihatkan kekacauan dalam mengasuh anak, atau klip pendek yang mengolok-olok budaya kantor sering kali menarik perhatian karena penontonnya melihat diri mereka sendiri di dalamnya (relate). Keterkaitan pribadi ini mendorong penontonnya untuk membagikannya dengan orang lain yang mungkin juga dapat "memahaminya".