Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Alasan Pendekatan Helix Tidak Cukup dalam Analisis Ekosistem Industri Kreatif

2 Oktober 2024   04:50 Diperbarui: 3 Oktober 2024   20:54 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- brainstorming tim kreatif. (Freepik/tirachardz)

Industri kreatif adalah sebuah industri yang mencakup berbagai sektor termasuk desain, film, fashion, hingga media digital. Di luar negeri, industri ini memainkan peran penting dalam ekonomi global dimana kehadirannya menunjukkan bentuk ekonomi yang lebih tangguh dan sejahtera, mampu mengatasi kesenjangan sosial dan pendapatan, serta meningkatkan inovasi terutama di pasar negara berkembang dan negara-negara yang rentan ekonomi (International Finance Corporation, 2024). 

Dengan akar muasalnya yang berada dalam kombinasi antara ekspresi budaya lokal, teknologi, dan perdagangan, industri ini memiliki ciri khas sifatnya yang dinamis, yang membutuhkan strategi yang amat inovatif untuk pertumbuhan yang berkelanjutan (IEREK, 2022). 

Berbagai kerangka kerja analitis telah diusulkan untuk memahami interaksi para pelaku utama dalam mendorong inovasi dan pengembangan dalam industri, seperti model Triple Helix (Purnama, 2023), Quadruple Helix (Mulyana, 2015), hingga Hexa Helix (Anisykurlillah, 2023). Bentuk-bentuk Helix sering menjadi gambaran wawasan yang diusulkan banyak peneliti yang tertarik akan bagaimana manajemen industri ini.

Ilustrasi studio kreatif. Sumber: sae.edu.au
Ilustrasi studio kreatif. Sumber: sae.edu.au

Meskipun kerangka kerja (framework) Helix menawarkan wawasan yang berguna tentang kolaborasi antar pemangku kepentingan, kerangka kerja ini sendiri tidak cukup untuk menganalisis keseluruhan ekosistem terutama apabila dikaitkan dengan nilai bisnis atau pengembangan strategis industri kreatif. 

Model Helix ini sendiri memiliki kelemahan kekurangan basis metodologis untuk penilaian yang bersifat kuantitatif (Cai & Lattu, 2022). Dengan kata lain, framework ini belum mampu menangkap hingga kepada tahap "sungguhkah industri ini memberikan performanya".

Batasan Triple Helix dalam Menangkap Kedalaman Ekosistem Industri Kreatif

Model Triple Helix, yang diperkenalkan oleh Henry Etzkowitz dan Loet Leydesdorff (Leydesdorff, 2000), menekankan kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah sebagai kekuatan pendorong di balik inovasi dan pembangunan ekonomi. 

Model ini khususnya amat berguna untuk industri yang mengutamakan kemajuan teknologi dan transfer pengetahuan, seperti bioteknologi atau manufaktur. Meskipun begitu, industri kreatif memiliki sistem operasional yang amat dinamis, lebih kompleks dan fluid.

Dalam industri kreatif, inovasi sering kali muncul justru dari sumber-sumber non-tradisional, seperti adanya gerakan budaya, kehadiran seniman atau artisan perorangan, dan permintaan pasar yang khusus, bukan semata-mata dari R&D formal atau inisiatif yang didorong oleh kebijakan tertentu dalam perusahaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun