Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Tentang "Pada Suatu Hari" di Oebubun

19 Februari 2023   14:00 Diperbarui: 19 Februari 2023   20:28 2080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukit Tua mese nan indah di TTU, NTT (dok foto: kompas.com/Sigiranus Marutho Bere)

Burung nuri terbang tinggi
Balik pulang ke atas dahan
Nona manis belajar hingga rantau
Balik pulang dilamar kekasih

Pada suatu hari, saya bersama teman-teman pergi ke laut. Tetapi sebelum ke sana, kami singgah dahulu di hutan jambu. Mencari-cari buah jambu hutan di sana. Siapa tahu ada yang bisa diambil untuk dimakan sekalian sebagai bekal dalam perjalanan menuju ke laut.

Waktu itu kami ada lima orang. Saya bernama Luan, Manek, Abatan, Seuk dan Bete. Manek dan Abatan sangat jago memanjat. Sedangkan Seuk dan Bete menunggu di bawah pohon jambu sambil menadahkan kain panjang untuk mengumpulkan buah jambu matang yang dilemparkan oleh Manek dan Abatan.

Sesekali Manek dan Abatan berteriak dari atas pohon jambu. "Bete, tangkap! Seuk, terima"! teriak mereka bergantian sambil memamerkan senyum manis pada dua gadis yang menanti di bawah pohon. Setelah mengumpulkan lumayan banyak jambu, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke laut. 

Sepanjang jalan, kami bernyanyi bersama. Lagu demi lagu kami nyanyikan. Mulai dari lagu nasional hingga lagu daerah. Diantaranya lagu Tebe Onana dan Oras Loron Malirin.


Bete dan Seuk sesekali meliukkan tangan, menari-menari di antara ilalang liar yang berjejer di pinggir jalan setapak yang kami lewati. Menapaki jalan sempit tanpa alas kaki. Sementara Abatan dan Manek mengiring dari belakang. Saya sendiri selalu berada di depan, sambil membawa sepotong kayu mirip tongkat. 

Puas bernyanyi, Abatan mencoba melafalkan pantun yang ditugaskan oleh ibu guru. Semua harus menghafalnya, sebab akan dibawakan di depan kelas.  Jika tak mampu, maka siap-siaplah untuk berlutut di depan kelas hingga istirahat pertama tiba.

Abatan:
Di sini kosong
Di sana kosong
Bukan saya berkata bohong
Ada cicak memikul buaya

Bete:
Ada macan makan kacang
Jangan sampai menelan kulit
Ada orang mau berbohong
Jangan percaya bualan si buaya

ilustrasi foto: Pixabayvia pikiran-rakyat.com
ilustrasi foto: Pixabayvia pikiran-rakyat.com
Abatan:
Jalan-jalan ke pantai Oebubun
Singga hutan petik jambu
Jalan-jalan bersama Bete
Siapa tau terus bersama

Bete:
Buah pepaya digondol maling
Jangan ngegombal di siang bolong!

 

Tak berapa lama, kami pun tiba di pantai Oebubun. Kami segera berlari-larian sepanjang pantai. Tanpa alas kaki. Sesekali mencoba menangkap kepiting yang kaget dan ingin lari. Bersembunyi di dalam lubang perlindungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun