Petasan dan bunyi meriam kaleng, diselingi kembang api telah terdengar sejak 1 November 2022 di Kota Kupang. Akan semakin ramai, menjelang Natal dan Tahun Baru. Mengganggu orang lain. Juga membuat orang tua merogoh kocek tambahan selama November hingga Januari 2023.
Beberapa rombongan anak seringkali berjalan kaki sekitar pemukiman, menenteng meriam kaleng mereka atau membawa petasan. Di tengah jalan, mereka mulai beraksi. Bahkan anak-anak memasang petasan di tengah jalan. Membahayakan para pengguna faslitas jalan raya.
Kemarin siang, saya harus memasang muka seram dan mengusir anak-anak usia sekolah yang bermain meriam kaleng atau petasan di depan rumah. Barangkali sudah sebanyak 5 kali, saya harus melakukan tindakan pengusiran itu.
Entahlah, apakah anak-anak itu tidak memiliki keluarga sehingga dibiarkan berkeliaran? Sepanjang hari pula. Mulai dari siang hingga malam hari. Mereka berjalan sepanjang jalan raya sambil membunyikan petasan dan meriam kaleng.
Padahal, anak-anak sekolah di kota Kupang saat ini sedang mengikuti ujian di sekolah. Rata-rata mulai Senin (28/11/2022) hingga Sabtu (3/11/2022). Kalau pun tidak belajar, seharusnya anak diperingatkan oleh orang tua untuk tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Bagi saya, membunyikan petasan dan sejenisnya di sekitar rumah orang, itu sudah termasuk mengganggu orang lain. Jadi harus ditegur. Awal mula saya menegur mereka dengan baik-baik. Diiyakan, tetapi besoknya datang lagi, datang lagi. Jadilah saya meningkatkan ketegasan hingga mengusir mereka.
Di Kota Kupang, orang-orang telah membunyikan petasan, meriam kaleng dan membakar kembang api sejak tanggal 1 November 2022. Akan meningkat hingga Natal dan Tahun Baru. Bahkan bulan Januari pun masih ada yang bemain petasan. Artinya, tiga bulan membeli barang-barang tersebut untuk dimainkan.
Darimana anak-anak membeli permainan itu  jika tidak diberi uang oleh orangtuanya? Ataukah mengambil uang orang tua tanpa ijin? Entahlah, saya tak tahu dan tidak mau tahu. Yang penting, jangan bermain dekat-dekat lingkungan saya.
Orang tua Mengeluhkan Kenaikan Harga Barang
Di lain pihak, orang tua mengeluhkan kenaikan harga barang di akhir tahun. Telur naik lagi, di atas Rp 60.000 per rak. Beras pun naik lagi. Demikian juga harga barang lain, semuanya naik.
Belum lagi barang menjadi langka. Minyak tanah langka, setelah minyak goreng sempat menghilang dari peredaran. Kalau pun ada, harganya dua kali lipat. Namun ya, terpaksa harus dibeli karena barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Harga minyak tanah yang tadinya Rp 6.000/liter dijual dengan Rp 12.000/liter pun tetap dibeli.
Daripada mengeluh, sebaiknya melakukan penertiban pengeluaran di dalam rumah tangga. Evaluasi pos mana saja yang terlihat boros dan masih dapat diperketat. Lalu uang jajan anak juga dievaluasi. Biasakan anak untuk bawa bekal itu lebih baik ketimbang jajan. Apalagi sekarang musim hujan, banyak penyakit yang bisa menular lewat makanan yang tidak sehat.
Hal penting lain, kendalikan pengeluaran ekstra untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Hentikan anak menggunakan uang untuk membeli meriam kaleng dan spiritusnya, petasan, kembang api dan korek api.
Ya, permainan itu membakar uang dan menimbulkan ketagihan pada anak-anak juga. Sudah begitu, mengganggu ketertiban umum pula. Mereka memasang petasan di tengah jalan raya. Bayangkan, ketika ada pengendara motor mendekat. Petasan meledak, pengendara motor kaget, oleng lalu celaka.
Mohon Penertiban dari Aparat
Mumpung belum terlalu ramai, sebaiknya aparat mulai melakukan operasi pelarangan terhadap permainan bunyi-bunyian ini. Sebab, mengganggu ketertiban umum dan juga hanya menunjukkan perilaku boros. Padahal, kita tidak dalam kondisi baik. Ekonomi tak menggembirakan. Saudara kita yang lain sedang menderita kesulitan, karena bencana atau karena memang tak punya apa-apa.
Di pemukiman pun hendaknya RT/RW melakukan pelarangan ini. Memanggil warganya untuk melakukan pertemuan dan menegaskan pelarangan ini. Bukan mendukung dengan alasan, biarkan mereka bergembira menyambut Natal dan Tahun Baru.
Hello...banyak kegiatan bermanfaat yang dapat dilakukan. Bunyi-bunyian itu tak termasuk dalam bagian persiapan hati kita menjelang Natal.