Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengeluh Harga Naik tetapi Membiarkan Anak Main Petasan

29 November 2022   08:58 Diperbarui: 29 November 2022   09:20 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak membuat meriam, berkeliling sambil memainkannya. Mengagetkan dan bisa mencelakai orang lain (dok foto: kompas.com/Sigiranus Marutho Bere)

Di lain pihak, orang tua mengeluhkan kenaikan harga barang di akhir tahun. Telur naik lagi, di atas Rp 60.000 per rak. Beras pun naik lagi. Demikian juga harga barang lain, semuanya naik.

Belum lagi barang menjadi langka. Minyak tanah langka, setelah minyak goreng sempat menghilang dari peredaran. Kalau pun ada, harganya dua kali lipat. Namun ya, terpaksa harus dibeli karena barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Harga minyak tanah yang tadinya Rp 6.000/liter dijual dengan Rp 12.000/liter pun tetap dibeli.

Daripada mengeluh, sebaiknya melakukan penertiban pengeluaran di dalam rumah tangga. Evaluasi pos mana saja yang terlihat boros dan masih dapat diperketat. Lalu uang jajan anak juga dievaluasi. Biasakan anak untuk bawa bekal itu lebih baik ketimbang jajan. Apalagi sekarang musim hujan, banyak penyakit yang bisa menular lewat makanan yang tidak sehat.

Warga kota Kupang  berburu dan antri mitan yang mendadak langka di bulan Nov 2022 (dok pribadi)
Warga kota Kupang  berburu dan antri mitan yang mendadak langka di bulan Nov 2022 (dok pribadi)

Hal penting lain, kendalikan pengeluaran ekstra untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Hentikan anak menggunakan uang untuk membeli meriam kaleng dan spiritusnya, petasan, kembang api dan korek api.

Ya, permainan itu membakar uang dan menimbulkan ketagihan pada anak-anak juga. Sudah begitu, mengganggu ketertiban umum pula. Mereka memasang petasan di tengah jalan raya. Bayangkan, ketika ada pengendara motor mendekat. Petasan meledak, pengendara motor kaget, oleng lalu celaka.

Mohon Penertiban dari Aparat

Mumpung belum terlalu ramai, sebaiknya aparat mulai melakukan operasi pelarangan terhadap permainan bunyi-bunyian ini. Sebab, mengganggu ketertiban umum dan juga hanya menunjukkan perilaku boros. Padahal, kita tidak dalam kondisi baik. Ekonomi tak menggembirakan. Saudara kita yang lain sedang menderita kesulitan, karena bencana atau karena memang tak punya apa-apa.

Di pemukiman pun hendaknya RT/RW melakukan pelarangan ini. Memanggil warganya untuk melakukan pertemuan dan menegaskan pelarangan ini. Bukan mendukung dengan alasan, biarkan mereka bergembira menyambut Natal dan Tahun Baru.

Petasan, membahayakan diri, orang lain dan menganggung ketertiban umum (dok foto: solopos.com)
Petasan, membahayakan diri, orang lain dan menganggung ketertiban umum (dok foto: solopos.com)

Hello...banyak kegiatan bermanfaat yang dapat dilakukan. Bunyi-bunyian itu tak termasuk dalam bagian persiapan hati kita menjelang Natal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun