Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Saatnya Berbenah Serius Pasca Tragedi Kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan

3 Oktober 2022   09:24 Diperbarui: 3 Oktober 2022   10:37 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Kerusuhan dan penembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan (1/1022)menelan ratusan korban jiwa, (Dokumentasi foto: Kompas.com/SUCI RAHAYU)

Kasus yang sama juga pernah terjadi di Accra Sports Stadium Disaster, Ghana pada tanggal 9 Mei 2001. Namun ini bukan antarnegara melainkan pertandingan antarklub.

 Liputan6.com pada 9 Mei 2015 menuliskan, tragedi ini diawali dengan ulah suporter Kumasi Asante Kotoko yang tak mau menerima keunggulan klub Hearts 2-1. Goal ke-2 Hearts dianggap offside namun disahkan oleh wasit. Jadilah, mereka membakar bangku, melempar bola dan memanjat pagar. 

Pasukan penjaga keamanan mencoba untuk menyemprotkan gas air mata ke penonton. Tujuannya, agar suasana bisa dikendalikan. Namun di luar dugaan, penonton panik. Sebanyak 126 nyawa pun melayang sia-sia.

Tragedi sepak bola di Ghana, 126 orang meninggal dunia (Dokumentasi Foto: m.ghtrend.com/Liputan6.com)
Tragedi sepak bola di Ghana, 126 orang meninggal dunia (Dokumentasi Foto: m.ghtrend.com/Liputan6.com)

Lalu mengapa pasukan keamanan di stadion Kanjuruhan Malang memilih untuk menggunakan gas air mata saat menghadapi serbuan penonton ke dalam lapangan? Bukankah mereka belajar tentang tragedi Peru dan Ghana tersebut? Tidak adakah cara lain yang dapat dilakukan selain menyemprotkan gas air mata?

Koordinator Save Our Soccer, Akmar Marhali kepada Kompas.com (2/10/2022) telah menyatakan bahwa penggunaan gas air mata tidak boleh digunakan. Penanganan kasus yang dilakukan oleh pihak kepolisian, tidak sesuai dengan prosedur. Juga melanggar aturan pengamanan dan keamanan stadion FIFA.

Alasan sedikitnya pengaman perlu juga dievaluasi. Di Indonesia, sepak bola selalu identik dengan kerusuhan dan keonaran. Bisa antara pemain dengan pemain, atau penonton dengan pemain, penonton dengan penonton, atau penonton dengan aparat penjaga. Apalagi setiap klub punya penonton yang fanatik. 

Fanatik ketemu fanatik, jadilah fanatik pangkat dua. Sudah selayaknya, penyelenggara menambah personel dan menciptakan sistem yang tertib sehingga tidak ada kekacauan.

FIFA telah melarang penggunaan gas air mata namun masih dipakai di Kanjuruhan, Malang. Salah siapa? (Dokumentasi foto: M.Bagus Ibrahim/detik.Jatim)
FIFA telah melarang penggunaan gas air mata namun masih dipakai di Kanjuruhan, Malang. Salah siapa? (Dokumentasi foto: M.Bagus Ibrahim/detik.Jatim)

Saatnya Sepak Bola Indonesia Berbenah Diri Secara Serius

Tragedi kemanusiaan ini harus diusut secara tuntas, dan menjatuhkan sanksi dan hukuman berat bagi mereka yang lalai. Terlepas dari itu, apapun komplain kita terhadap tragedi Kanjuruhan, nyawa ratusan saudara kita tidak mungkin dikembalikan. 

Sambil mendokan para korban, sekaligus menghibur keluarga korban, maka saatnya tragedi ini menjadi momentum yang serius agar sepak bola Indonesia benar-benar diperbaiki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun