Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupku, kuhabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sulitnya Menyadarkan Orang Membakar di Musim Kemarau

24 September 2022   08:17 Diperbarui: 24 September 2022   12:11 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebakaran hutan| Tribun Pekanbaru/Theo Rizky

Empat Kegiatan Berdampak Kebakaran Besar

Di daratan Timor, paling tidak terdapat empat kegiatan penggunaan api yang berpotensi menimbulkan kebakaran besar. Sebab api tidak dapat dikendalikan lagi, sementara panas matahari dan tumpukan dedaunan plus rumput kering, menjadikan api mudah menjalar kemana-mana.

Kebakaran di salah satu kelurahan di Kota Kupang akibat membakar sampah saat kerja bakti. Dok pribadi
Kebakaran di salah satu kelurahan di Kota Kupang akibat membakar sampah saat kerja bakti. Dok pribadi

Empat hal tersebut, adalah budaya tebas bakar, kebiasaan membakar padang, meninggalkan api yang dibuat saat berburu, dan membakar sampah. Jadi, tidaklah benar juga jika kebakaran selama ini, murni karena budaya pertanian tebas bakar.

Faktor pertama, budaya tebas bakar atau slash and burn masih dilakukan oleh sebagian besar petani tradisional di Timor. 

Petani akan menebas semak belukar, pepohonan dan apa saja yang ada di areal tertentu. Dibiarkan selama 2-3 bulan untuk mengering.

Saat hasil tebasan mengering itulah, mereka mulai membakar. Asap membubung tinggi, nyala api berkobar. Bahkan kayu dan daun yang dalam kondisi menyala pun ikut terbang, lalu jatuh di tempat lain. 

Kebakaran di daerah baru pun terjadilah. Apalagi ada angin yang membantu melancarkan proses merambatnya api tersebut. Dalam sekejap, api merambat dan melahap apa yang bisa dibakar.

Petugas gabungan memadamkan api Karhutla di Suka Maju, Rambah, Kab. Rokan Hulu Riau (Sabtu, 9/7/22). Dok Kompas.com/Koramil 02/Rambah
Petugas gabungan memadamkan api Karhutla di Suka Maju, Rambah, Kab. Rokan Hulu Riau (Sabtu, 9/7/22). Dok Kompas.com/Koramil 02/Rambah

Faktor kedua, budaya membakar padang rumput. 

Di musim panas, rerumputan mati semua. Namun itu hanyalah permukaan atasnya saja. Perakaran di bawah tanah tetaplah hidup. Karenanya, para pemilik ternak atau pemburu rusa sering membakar ilalang kering di padang rumput.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun