Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tiga Komoditas Andalan Petani Timor di Musim Kemarau

22 September 2022   08:50 Diperbarui: 27 September 2022   09:10 3038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pengupasan mete di Flores Timur, NTT. Dok Kompas.com/Muhammad Irzal Adiakurnia

Musim kemarau tiba. Tanaman pangan utama berupa padi dan jagung hampir tak dibudidayakan akibat cekaman kekeringan. Tetapi Tuhan memberikan sumber pendapatan lain. Ada mete, asam, dan kemiri bergantian memberikan hasilnya untuk dinikmati petani. Tiga tanaman ini menjadi komoditas andalan petani Timor di musim kemarau.

Di Timor barat, antara bulan Juni hingga Desember (bahkan hingga bulan Februari) kita akan sering berpapasan dengan para petani, pulang dari kebun sambil memikul beban di pundak. Beberapa orang, sudah menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi ke kebun, mengangkut diri dan juga hasil yang dibawa pulang ke rumah.

Mereka tidak sedang panen padi atau jagung. Tetapi mengumpulkan hasil kebun berupa jambu mete, asam jawa, dan kemiri. Ketiga komoditas ini kini menjadi produk unggulan yang memiliki harga cukup baik di dunia pemasaran hasil bumi.

Jambu mete, salah satu komoditas andalan petani Timor di musim kemaarau. Dok epetani.com/Cak Bas
Jambu mete, salah satu komoditas andalan petani Timor di musim kemaarau. Dok epetani.com/Cak Bas

Jambu Mete

Mete adalah produk unggulan petani Timor, dan di daerah NTT lainnya yang harganya paling tinggi di antara komoditas pertanian dan perkebunan saat ini. Harga di tingkat petani tahun 2021 adalah sebesar Rp 8.000 per kg di awal panen, lalu meningkat hingga Rp 28.000 per kg tiga bulan kemudian saat panen semakin berkurang.

Para pembeli hasil bumi, termasuk mete diantaranya toko Gajah Mada di Atambua, Kabupaten Belu yang membeli dalam jumlah ketengan atau partai. Gajah Mada, adalah salah satu toko tebesar pembeli hasil bumi masyarakat di daratan Timor yang tetap eksis hingga sekarang.

Selain itu, ada juga pedagang pemborong yang berkeliling kampung untuk membeli langsung dari petani. Tentu saja, harganya jauh lebih murah. Namun, semua pilihan kembali kepada pemilik mete, apakah mau dijual di kota, atau dilepas kepada papa lele, sebutan untuk pembeli yang keluar masuk kampung mencari dan memborong produk petani.

Proses pengupasan mete di Flores Timur, NTT. Dok Kompas.com/Muhammad Irzal Adiakurnia
Proses pengupasan mete di Flores Timur, NTT. Dok Kompas.com/Muhammad Irzal Adiakurnia

Sementara harga mete kupas di salah toko di kota Soe, Kabupaten TTS adalah Rp 80.000 pada saat itu. Kini, telah dijual di atas Rp 100.000 per kilogramnya.

Mete sendiri sebenarnya memiliki buah semu yang rasanya segar, manis dan kadang kecut. Di Flores, bahkan pernah diusahakan pembuatan sirup jambu mete untuk dipasarkan. Namun nampaknya kurang bersaing dengan produk lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun