Suksesi kepemimpinan daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota kini menjadi topik terdepan di daerah. Bahkan memiliki daya pikat hingga ke level nasional.Â
Tidak jarang, para elite politik partai politik di tingkat nasional turun tangan untuk menentukan siapa kandidat yang dinilai memiliki kans memenangkan pertarung dalam kontestasi Pilkada.Â
Lantas, mereka pun mencoba memainkan dan menggerakkan seluruh komponen mesin politik yang  ada: partai politik, keluarga besar dan birokrasi.Â
Kelompok Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan komponen yang sering diperebutkan oleh kelompok yang bertarung. Hal ini karena selain mereka juga memiliki keluarga, kelompok ASN ini tersebar dalam Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan  yang bekerja pada instansi pemerintah sebagai tenaga kontrak, atau  lebih keren dengan akronim teko.Â
Politik balas budi atau penggeseran posisi ASN dalam jabatan, seringkali melekat erat dengan isu suksesi kepemimpinan, menjelang dan pasca pesta demokrasi di daerah tersebut. Realita ini memaksa sebagian ASN untuk ikut terlibat dalam aksi dukung-mendukung kandidat, dengan harapan kelak dapat dipertahankan atau dipromosikan ke jabatan baru yang lebih tinggi jika kandidatnya menang.
 Satu-dua orang secara terang-terangan mendukung kandidatnya. Tetapi sebagian besar mereka bergerak dalam diam. Bahkan ada yang  mendukung lebih dari satu calon. Bermain dua kaki atau tiga kaki.
Di lain pihak, ASN yang enggan untuk terlibat dalam politik praksis di daerah, terlihat gamang. Mereka ingin fokus pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparatur sipil negara, yang hidupnya dibiayai oleh negara, ketimbang terjebak dalam pertarungan politik antar elite daerah.Â
Mereka ini kemudian dengan rela, menerima konsekuensi dari sikap apolitis mereka, termasuk 'dibuang' ke lokasi tersulit dan diturunkan jabatannya.
Dilematis memang. Jika kalah, maka para pendukungnya yang ASN harus bersiap-siap 'ditendang'. Lebih menyedihkan lagi, kelompok apolitis ini juga banyak yang 'dibuang' karena mereka dinilai sebagai kelompok abu-abu, tidak jelas dukungannya.Â
Semoga ke depannya, semakin banyak kelompok ASN yang tidak galau  dan serba dilematis. Tetap fokus saja pada tugas dan tanggung jawab anda, memberikan kontribusi terbaik terhadap pembangunan daerah anda.Â