Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dilema ASN dalam Suksesi Kepemimpinan Daerah

4 November 2019   16:17 Diperbarui: 27 Oktober 2022   18:51 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemprov NTT di kantor Gubernur NTT (dok foto: v8.kupngkota.go.id)

Suksesi kepemimpinan daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota kini menjadi topik terdepan di daerah. Bahkan memiliki daya pikat hingga ke level nasional. 

Tidak jarang, para elite politik partai politik di tingkat nasional turun tangan untuk menentukan siapa kandidat yang dinilai memiliki kans  memenangkan pertarung dalam kontestasi Pilkada. 

Lantas, mereka pun mencoba memainkan dan menggerakkan seluruh komponen mesin politik yang  ada: partai politik, keluarga besar dan birokrasi. 

Kelompok Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan komponen yang sering diperebutkan oleh kelompok yang bertarung. Hal ini karena selain mereka juga memiliki keluarga, kelompok ASN ini tersebar dalam Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan  yang bekerja pada instansi pemerintah sebagai tenaga kontrak, atau  lebih keren dengan akronim teko. 

Politik balas budi atau penggeseran posisi ASN dalam jabatan, seringkali melekat erat dengan isu suksesi kepemimpinan, menjelang dan pasca pesta demokrasi di daerah tersebut. Realita ini memaksa sebagian ASN untuk ikut terlibat dalam aksi dukung-mendukung kandidat, dengan harapan kelak dapat dipertahankan atau dipromosikan ke jabatan baru yang lebih tinggi jika kandidatnya menang.

 Satu-dua orang secara terang-terangan mendukung kandidatnya. Tetapi sebagian besar mereka bergerak dalam diam. Bahkan ada yang  mendukung lebih dari satu calon. Bermain dua kaki atau tiga kaki.

Di lain pihak, ASN yang enggan untuk terlibat dalam politik praksis di daerah, terlihat gamang. Mereka ingin fokus pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparatur sipil negara, yang hidupnya dibiayai oleh negara, ketimbang terjebak dalam pertarungan politik antar elite daerah. 

Mereka ini kemudian dengan rela, menerima konsekuensi dari sikap apolitis mereka, termasuk 'dibuang' ke lokasi tersulit dan diturunkan jabatannya.

Dilematis memang. Jika kalah, maka para pendukungnya yang ASN harus bersiap-siap 'ditendang'. Lebih menyedihkan lagi, kelompok apolitis ini juga banyak yang 'dibuang' karena mereka dinilai sebagai kelompok abu-abu, tidak jelas dukungannya. 

Semoga ke depannya, semakin banyak kelompok ASN yang tidak galau  dan serba dilematis. Tetap fokus saja pada tugas dan tanggung jawab anda, memberikan kontribusi terbaik terhadap pembangunan daerah anda. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun